Sabtu, 13 Juni 2009


Markis Kido-Hendra Setiawan Pastikan Tiket Final Singapura Terbuka

Ternyata tidak butuh waktu lama bagi pasangan ganda putra Markis Kido-Hendra setiawan untuk memastikan tiket ke final singapura terbuka, dengan waktu kurang lebih 30 menit pasangan ini berhasil mengalahkan lawan mereka Lars Paaskea-Jonas Rasmussen asal Denmark dengan perolehan angka 21-12 pada set awal dan 21-16 pada set kedua.

Yang pada akhirnya mereka berhasil meraih tiket ke final dalam pergelaran tersebut, dimana sebelumnya pun pasangan ganda putri Greysia Polii-Nitya Krishinda yang mendapatkan perlawanan ketat dari pasangan Denmark Kamilla Rytter Juh-Lena Frier Kristiansen dengan angka 22-20 dan 21-12, yang dimana merekapun berhasil membawa tiket ke final untuk mewakili indonesia.
Sayangnya pasangan ganda campuran dari Indonesia Nova Widianto-Liliyana Natsir gagal dalam melanjutkan perjuangannya setelah kalah dari pasangan asal Cina dengan 22-20 dan 22-20.
Dan di partai final nanti pasangan ganda putra Indonesia Markis Kido-Hendra Setiawan ini akan ditantang oleh pasangan asal Inggris Nathan Robertson-Anthony Clark. Sedangkan Greysia Polii-Nitya Krishinda akan berhadapan dengan pasangan putri asal Cina Zhang Yawen-Zhao Tingting.

Read More......

AYU FANI DAMAYANTI BUKTIKAN KETANGGUHAN WANITA INDONESIA

Wanita kelahiran Denpasar, Bali, 29 November 1988 ini berhasil menjuarai tournamen tenis "Women Circuit Bangkok" di national stadium bangkok (13/06)dengan mengalahkan unggulan Jerman Sarah Rebecca Sekulic 6-3 dan 6-2.


Dia berhasil membawa nama Indonesia di kanca Internasional khususnya dalam bidang olah raga tenis. Dia mengalahkan petenis asal Jerman itu dengan penuh percaya diri, walaupun terkadang ia merasa gugup dalam menjalani laga final tersebut di national stadium bangkok.
Dengan kemenangan ini ia telah berhasil menutupi kekecewaan tiga rekannya yang telah tersisih pada laga sebelumnya, sekaligus ia menjadikan kemenangan tersebut sebagai modal untuk mengikuti kejuaraan pattaya terbuka yang akan di adakan di Pantai Pattaya.

Read More......


Menambah Pengetahuan Sambil Berwisata di Objek Wisata Linggajati

Linggajati adalah nama desa yang berada di sekitar 16 Km dari pusat kota Kabupaten Kuningan. Desa yang kini terkenal ke seluruh dunia karena telah menjadi tempat untuk sebuah perundingan antara pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Belanda. Desa yang damai, aman, sejuk, karena berada dibawah kaki gunung Ciremai, sehingga memikat hati para pelancong yang mencari ketenangan untuk melepas lelah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa selain terkenal secara nasional Desa Linggajati juga terkenal juag terkenal secara tradisional. Desa Linggajati berasal dari dua kata yaitu Lingga dan Jati.

Lingga berasal dari nama sebuah batu tempat persinggahan atau tempat beristirahatnya para Sunan yang sedang mendaki ke Gunung Ciremai. Sedangkan Jati berasal dari nama Sunan Gunung Jati yang sedang singgah atau beristirahat di atas batu Lingga tersebut sehingga dinamakan Desa Linggajati.

Linggajati juga merupakan salah satu tempat pariwisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan karena pemandangan alamnya yang sangat indah karena berada di kaki gunung Ciremai, juga udaranya yang sangat sejuk. Selain dijadikan tempat wisata Linggajati pun bisa dijadikan tempat untuk menambah wawasan khususnya wawasan tentang sejarah. Berikut ini saya akan mencoba memaparkan sedikit tentang hal-hal yang bisa didapatkan di objek wisata Linggajati dan sejarahnya yang bisa dijadikan pengetahuan sambil berwisata.

1. Benda Peninggalan Sejarah

Terdapatnya dua batu bersejarah yang kemungkinan dipakai tempat duduk para wali pada saat beristirahat dan bermusyawarah. Ada dua batu yaitu :

- Batu yang berada di lokasi sebelah selatan bangunan gedung Balai Desa Linggajati

- Batu Lingga yang berada di pertengahan jalan menuju puncak gunung Ciremai.

2. Letak Geografis

Desa Linggajati berada di wilayah Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat. Desa Linggajati terletak pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Desa Linggajati yang penduduknya 75%, petani diapit oleh tiga desa yaitu sebelah selatan berbatasan dengan Desa Linggasana, sebelah timur berbatasan dengan Desa Linggamekar, sebelah utara berbatasan dengan Desa Linggaindah dan sebelah barat berbatasan dengan gunung Ciremai. Desa Linggajati mudah dijangkau oleh kendaraan umum baik dari arah Cirebon maupuan dari Kuningan. Dari arah Cirebon ± 25 Km, sedangkan dari arah Kuningan ± 17 Km.

2.1. Sejarah Gedung Perundingan Linggajati

Kecantikan gunung Ciremai keelokan pesona alam dan beningnya air yang memancar di Desa Linggajati, betul-betul telah memikat hati para pelancong yang mencari ketenangan untuk melepas lelah dan lari dari kesibukan sehari-hari. Dan benar kata pujangga, bahwa Tuhan menciptakan tanah Parahyangan ini sambil tersenyum, selain ramah orangnya juga sangat menjunjung tinggi adat dan tradisi budaya Sunda yang terkenal sangat menyentuh dan berestetika.

Siapa tidak kenal Linggajati? Rasanya orang Indonesia pasti kenal Linggajati, karena kaca Linggajati tertulis pada setiap buku pelajaran Sejarah, yang tentunya dibaca oleh setiap anak didik di Indonesia. Jadi tidaklah berlebihan bila Linggajati dikenal secara luas kalaupun hanya segelintir orang, terutama masyarakat Jawa Barat, yang mengetahui lokasi Linggajati di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Itu soal lain, kurangnya informasi? Bisa jadi, ketidakpedulian pada sejarah bangsa mungkin juga.

Padahal tidak sulit untuk menjangkau situs tempat dilangsungkannya perundingan Linggajati pada 10-15 November 1946 itu. Bila kita melintas di ruang pantai utara Jawa Barat, kita tinggal berbelok arah ke selatan keluar di gerbang Ciperna pada ruas tol Palimanan – Kanci (Tol Cirebon). Ambil arah kota Kuningan dan hanya dalam hitungan menit, kita dapat mencapai kota Kecamatan Cilimus, yang berjarak 25 kilometer dari kota Cirebon. Setelah jalan mendaki sejauh beberapa kilometer di jalan Desa Linggajati, yang terletak di kaki gunung Ciremai (3.078 m), akan kita jumpai kawasan wisata lInggajati situs bangunan Perundingan Linggajati berdiri.

Pada tahun 1918 gedung ini milik Ibu Jasitem, yang bangunannya sama dengan kebanyakan warga Desa Linggajati yang rata-rata tersebut dari gedek bambu dan geratap rumbia, kemudian direhab menjadi bangunan seni permanen oleh suaminya (Tuan Tersana) pada tahun 1921. Kemudian rumah itu berpindah tangan kepemilikannya kepada keluarga Van Ost Dome yang tinggal di sana sampai tahun 1930. Pada saat ditinggali oleh keluarga Van Ost Dome, rumah itu sempat dipugar dan dibangun menjadi permanen. Tahun 1935 dikontrak oleh Hiker (bangsa Belanda) dan dijadikan Hotel bernama RUSTOORD, ketika Jepang menjajah bangsa Indonesia dan hotel ini diganti namanya menjadi Hotel HOKAY RYOKAN pada tahun 1942.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI maka hotel ini diberi nama Hotel Merdeka pada tahun 1945. Kemudian pada tahun 1946 di gedung ini berlangsung peristiwa bersejarah yaitu perundingan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda yang menghasilkan Naskah Linggajati sehingga gedung ini sering disebug GEDUNG PERUNDINGAN LINGGAJATI. Tahun 1948 – 1950 sejak aksi militer tentara ke II, gedung ini dijadikan markas Belanda. Setelah itu pada tahun 1950 – 1975 ditempati oleh Sekolah Dasar Negeri Linggajati. Kemudian pada tahun 1976, gedung ini resmi dijadikan sebagai museum memorial yang dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian dilimpahkan ke Dinas Pariwisata pada tahun 2001 – 2002.

Gedung yang kini sudah berumur lebih dari 88 tahun itu, masih tegak berdiri dan terawat baik, begitu juga dengan mebeler-mebeler antiknya yang menjadi bukti dan saksi biksu jalannya perundingan.

2.2. Isi Perundingan Linggajati

Pada akhir Agustus 1946 pemerintah Inggris mengirimkan Lord Kilearn ke Indonesia untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tahun 7 Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia Belanda yang dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggajati yang dimulai tanggal 11 November 1946.

Delegasi-delegasi Belanda dan Indonesia dalam rapat pada hari ini telah mendapatkan kata sepakat tentang persetujuan dibawah ini, hal mana terbukti dari pemaparan naskah yang tersebut dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia masing-masing berlipat tiga, untuk Pemerintahan Belanda dalam hal ini berwakilkan Komisi Jenderal dan Pemerintah Republik Indonesia berwakilkan Delegasi Indonesia, oleh karena mengandung keinginan yang ikhlas hendak menetapkan perhubungan yang baik antara dua bangsa Belanda dan Indonesia dengan mengadakan cara dan bentuk bangun yang baru, bagi kerjasama dengan sukarela yang merupakan jaminan sebaik-baiknya bagi kemajuan yang bagus, serta dengan kukuh teguhnya daripada kedua negeri itu, di dalam masa dan yang membukakan jalan kepada kedua bangsa itu untuk mendasarkan perhubungan antara kedua bangsa itu untuk mendasarkan perhubungan antara kedua belah pihak atas dasar-dasar yang baru, menetapkan mufakat seperti berikut dengan ketentuan akan menganjurkan persetujuan ini selekas-lekasnya untuk memperoleh kebenaran dari majelis-majelis perwakilan rakyat masing-masing.

Isi Pokok Persetujuan Linggajati :

1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa dan Madura.

2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama dalam membentuk negara Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.

3. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesisa – Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya

DELEGASI

Delegasi Indonesia :

1. Sutan Syahrir (Ketua)

2. Mr. Soesanto Tirtoprodjo (Anggota)

3. Dr. A.K. Gani (Anggota)

4. Mr. Muhammad Roem (Anggota)

Penengah dari Inggris

Lord Killearn

Delegasi Belanda

1. Prof. Ir. Schermerhorn (Ketua)

2. Mr. Van Poll (Anggota)

3. Mr. Amir Syarifuddin (Anggota)

4. Mr. Ali Budiarjo (Anggota)

2.3. Riwayat Gedung Perundingan Linggajati

Tahun 1918

Di tempat ini berdiri gubuk milik Ibu Jasitem

Tahun 1921

Oleh seorang bangsa Belanda bernama Tersana dirombak menjadi semi permanen

Tahun 1930

Dibangun menjadi permanen dan menjadi rumah tinggal Van Ost. Dome (Bangsa Belanda)

Tahun 1935

Dikontrak oleh Heiker (bangsa Belanda) dan dijadikan Hotel bernama Rustoord

Tahun 1942

Jepang menjajah bangsa Indonesias dan hotel ini diganti namanya menjadi Hotel Hokay Ryokan

Tahun 1945

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI maka hotel ini diberi nama Hotel Merdeka

Tahun 1946

Di gedung ini berlangsung peristiwa bersejarah yaitu perundingan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda yang menghasilkan naskah Linggajati sehingga gedung ini sering disebut Gedung Perundingan Linggajati.

Tahun 1945 – 1950

Sejak aksi militer tentara ke II, gedung ini dijadikan markas Belanda.

Tahun 1950 – 1975

Ditempati oleh Sekolah Dasar Negeri I Linggajati

Tahun 1975

Bung Hatta dan Sutan Syahrir berkunjung dengan membawa pesan bahwa gedung ini akan dipugar oleh Pertamina, tetapi usaha ini hanya sampai pembuatan bangunan Sekolah untuk Sekolah Dasar Negeri Linggajati

Tahun 1976

Gedung ini oleh pemerintah diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan musium Memorial.

Read More......

Sabtu, 30 Mei 2009

Hilangnya Kebangkitan Indonesia

Bila dikaitkan dengan kehidupan bangkit itu mungkin adalah bangun kembali dari suatu hal yang sudah lama tiada atau menghilang. Tapi bagi Indonesia bangkit disini itu merupakan suatu hal yang harus dicapai kembali setelah berjuang melepaskan diri dari para penjajah, dan pada saat itu tepatnya pada tanggal 20 Mei 1908 Indonesia bangkit untuk melepaskan diri, yang akhirnya setelah hari yang paling bersejarah Indonesia dapat meraih kemerdekaannya yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 yang membuat nama Indonesia disegani dikanca internasional. Tapi setelah beberapa tahun sampai sekarang, tampaknya bangsa Indonesia mungkin telah kehilangan semangat yang dahulu pernah membara dan kehebatannya juga sudah diakui oleh mata dunia.

Dan tampaknya sekarang bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu masalah yang sangat serius, yaitu suatu masalah yang benar-benar harus dibenahi dan diperhatikan oleh semua masyarakat Indonesia. Dan masalah yang paling menonjol adalah masalah ekonomi yang kini melanda seluruh lapisan masyarakat, yang akhirnya banyak menimbulkan tindakan-tindakan tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, bahkan dilakukan oleh para wakil rakyat yang harusnya mengayomi dan menampung aspirasi masyarakat, dan seakan-akan mereka hanya mempedulikan dirinya sendiri tanpa memikirkan yang harusnya dilakukan pada orang banyak. Bahkan para wakil rakyat tersebut banyak yang memberikan sesuatu yang terbaik kepada rakyat tapi dengan suatu syarat yang banyak orang bilang akhirnya UUD (Ujung-Ujungnya Duit).

Disinilah masalah yang sangat penting yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, seolah-olah kita tidak menghargai apa yang dilakukan oleh para pahlawan dalam mempertahankan negara tercinta ini. Dan harusnya kita bertanya “Apa yang harus kita berikan pada negara?” bukannya “Apa yang negara berikan kepada kita?”. Itu adalah salah satu pemikiran yang salah, karena kita bisa hidup nyaman sekarang ini karena jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang memberikan suatu hal yang terbaik untuk Indonesia.

Read More......

Gagasan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

serta Aktivitas Organisasi Pergerakan



a. Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

1) Latar Belakang Berdirinya PPPKI

Dalam sebuah rapat di Bandung tanggal 17-18 Desember 1927 dicapai kesepakatan antara wakil-wakil PSI, BU, PNI, Pasundan, Sumatranean Bond, Kaum Betawi, dan Kelompok Studi Indonesia untuk mendirikan federasi partai politik dengan nama PPPKI. Kaum nasionalis dari segala aliran menyambut pembentukan PPPKI yang dipandang sebagai imbangan kekuatan dalam menghadapi pemerintah. Koordinasi diperlukan guna menghimpun kekuatan menentang musuh bersama. Meskipun kerjasama perpecahan bersama dengan munculnya isu kooperasi dan non-kooperasi di kalangan partai politik dan saat-saat PSI merasa terancam oleh PNI. Dengan kata lain, nasionalisme Islam terancam ideologi sekuler yang berkembang pada waktu itu.

2) Perkembangan PPPKI

PPPKI mempunyai daya tarik tersendiri. PSI Yogyakarta dalam tahun 1928 menaruh perhatian terhadap ideologi nasionalis sekuler, sedangkan BU menjadi kurang konservatif. Meskipun mereka berada dalam partai politik yang berbeda-beda dan bersaing pada waktu itu, tetapi keyakinan politik mereka tidaklah jauh berbeda.

Kongres PPPKI Pertama diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 2 September 1928. Wakil-wakil partai politik menyatakan harapannya bahwa kongres itu merupakan permulaan era baru bagi gerakan kebangsaan. Rapat kerja selanjutnya membahas masalah pendidikan nasional, bank nasional dan cara-cara memperkuat kerjasama, komisi-komisi itu terdiri dari Tjokroaminoto (PSI), Ir. Soekarno (PNI), Otto Soebrata (Pasundan) dan Thamrin (Kaum Betawi), menyiapkan program aksi jangka pendek. Kongres berhasil menunjuk Sutomo sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PPPKI, dan rupanya ia dapat mengatasi perbedaan pendapat antara kelompok moderat dan radikal.

Kongres Indonesia Raya diadakan di Surabaya pada awal bulan Januari 1931. Kongres ini dimaksudkan untuk semua organisasi politik dan non-politik, tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan karena menurut Sukiman dari PSII dan Golongan Merdeka, keduanya tidak ikut kongres, bahwa yang dimaksud Kongres Indonesia Raya tidak lain adalah kongres PPPKI seperti yang dikehendaki Sutomo.

Partindo berkembang cepat dan demikian pula PNI Baru sebagai saingannya mendapat tempat di sebagian nasionalis. Persaingan kedua partai ini menyebabkan PPPKI tidak memainkan peranan di panggung politik, meskipun Ir. Soekarno berusaha sedemikian rupa sehingga tercapai kerjasama antara partai politik.

PPPKI belum sempat menjadi federasi kekuatan partai politik ketika tiba-tiba pemerintah melakukan intervensi terhadap partai-partai non-kooperasi pada bulan Agustus 1933. organisasi ini sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menuelenggarakan rapat protes terhadap beberapa hal seperti pasal-pasal tertentu dalam KUHP dan mendukung penghapusan Undang-Undang Sekolah Liar. Akan tetapi perlu diingatkan bahwa PPKI dapat berkembang dan mampu menyatukan kekuatan politik pada tahun-tahun sebelumnya adalah berkat PSII dan PNI Baru. PPPKI tidak banyak berperan dalam panggung politik seperti yang diharapkan semula.

3) Perpecahan dalam tubuh PPPKI

Pada akhir tahun 1929 proses keruntuhan PPPKI dipercepat oleh “menyelundupnya” provokator ke dalam organisasi politik. Dalam Kongres PPPKI Kedua di Solo (25-27 Desember 1929) benih perpecahan semain terang karena istilah “kebangsaan” dipersoalkan lagi. Akan tetapi, karena adanya perbedaan-perbedaan tujuan, ideologi, dan kepribadian yang mendasar perpecahan tersebut tidak dapat dihindarkan. Partai Sarekat Islam yang berpengaruh dalam PPPKI mengundurkan diri pada tahun 1930 karena adanya penolakan dari kelompok-kelompok lainnya untuk mengakui peranan utama Islam.

Ir. Soekarno yang dianggap sebagai simbol pemersatu dalam tubuh PPPKI, dihadapkan ke pengadilan di Bandung pada bulan Agustus 1930. Ia ditangkap setelah menghadiri kongres organisasi tersebut di Yogyakarta.

b. Kongres Pemuda

1) Latar Belakang Munculnya Kongres Pemuda Indonesia

Para pelajar dan mahasiswa dari beberapa organisasi mulai bergabung dalam satu wadah bersama, yaitu Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada tahun 1926. untuk merealisasikan semangat persatuan dalam wadah nasionalisme itu, mereka menyelenggarakan Kongres Pemuda I pada bulan Mei tahun 1926. Maka pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 diselenggarakan Kongres Pemuda I di Jakarta (Batavia) dengan dipimpin oleh Moh. Tabrani dari Jong Java.

Tujuan kongres adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.

Kongres diadakan oleh semua perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamieten Bond. Mereka membentuk sebuah badan komite yang diketuai oleh Moh. Tabrani dari Jong Java, sekretaris Jamaluddin Adi Negoro dari Jong Sumatranen Bond dan bendahara Suwarso. Dalam buku Verslag Van Het Eerste Indonesisch Jong Conggres mengatakan, “menggugah semangat kerjasama di antara bermacam organisasi pemuda tanah air kita, supaya dapat mewujudkan kelahiran persatuan Indonesia, di tengah bangsa-bangsa di dunia.”

2) Kongres Pemuda Indonesia II

Perkumpulan pemuda yang memegang peranan aktif dalam Kongres Pemuda Indonesia II adalah Pemuda Indonesia dan PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Kongres juga dihadiri oleh Jong Javam Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon dan Jong Batak. Seperti halnya PNI, Pemuda Indonesia berpaham kebangsaan Indonesia yang radikal. Pemuda Indonesia adalah perkumpulan pemuda yang bersifat nasionalis dan meninggalkan sifat-sifat kedaerahannya.

PPPI adalah perkumpulan dari para mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA. Asas PPPI sangat dipengaruhi oleh asas Perhimpunan Indonesia di Belanda, yaitu :

1) Kebangkitan Indonesia,

2) Antithese kolonial di antara penjajahan dan yang dijajah, non-kooperatif.

3) Mendidik para anggotanya dalam memenuhi kewajibannya di masyarakat, yaitu berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

Asas PPPI sama dengan Pemuda Indonesa, yaitu sama-sama meninggalkan sifat kedaerahan.

Penyelenggaraan Kongres Pemuda II mengadakan tiga kali rapat. Rapat dilakukan di Gedung Katholik Jonglingen Bond di Waterloopein. Rapat kedua tanggal 28 Oktober 1928 pagi di Gedung Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noord dan rapat ketiga (rapat terakhir) pada tanggal 28 Oktober 1928 malam di Gedung Indonesische Chubuis Kramat 106 Jaarta. Dalam rapat ini disetujui usul resolusi yang dirancang oleh Muhammad Yamin, yakni Sumpah Pemuda yang berisi satu bangsa, satu nusa, dan satu bahasa Indonesia. Rapat dihadiri oleh sekitar 750 orang yang terdiri dari wakil-wakil perkumpulan pemuda. Kongres berhasil menetapkan ikrar atau Sumpah Pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.

c. Partai Indonesia Raya (Parindra)

1) Latar Belakang Berdirinya Parindra

Pada tahun 1932, PBI mempunyai 30 cabang dengan 2500 anggota. Dalam kongres yang diselenggarakan pada tahun 1934 di Malang yang dihadiri 38 cabang dibicarakan komunikasi antarpulau agar dapat dilakukan melalui pelayaran yang diperkuat oleh kooperasi. Selain itu kongres akan memajukan pendidikan rakyat dan kepanduan yang diberi nama Suryawirawan.

Dilumpuhkannya gerakan nonkooperasi pada tahun 1930-an mempercepat perkembangan kerjasama PBI dan BU. Pada tahun 1935 kedua partai itu membentuk Parindra dan ikut di dalamnya Sarika Celebes, Sarikat Sumatra, Sarikat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi dan Tirtayasa yang terus melanjutkan politik kooperasi moderatnya. Dengan terbentuknya Parindra berati persatuan golongan kooperasi makin kuat. Pada tahun 1936 partai itu mempunyai 57 cabang dengan 3.425 anggota.

2) Tujuan Parindra

Tujuan Parindra tidak jauh berbeda dengan PBI yang menginginkan Indonesia mulia dan sempurna. Dalam politiknya Parindra bersikap non-kooperasi yang insidentil artinya apabila ada kejadian yang sangat mengecewakan organisasi itu, maka diputuskan untuk sementara menarik wakil-wakilnya dari dalam badan perwakilan.

Parindra sangat aktif dan konstruktif terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Untuk menolong petani didirikan Perkumpulan Rukun Tani dan untuk memajukan pelayaran didirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), dan juga didirikan Bank Nasional Indonesia.

Kongres Pertama yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan Mei 1937 diputuskan bahwa Parindra bersikap kooperatif dan anggota yang ada dalam dewan harus tetap loyal pada partainya. Sutomo selaku Ketua Parindra, digantikan oleh K.R.M.H. Wuryaningrat. Ia sangat menekankan perbaikan ekonomi rakyat, pengangguran, perburuhan, kemiskinan, peradilan, dan lain-lain

d. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dan Indonesia Berparlemen

a. Latar Belakang Berdirinya GAPI

Keputusan penolakan Petisi Sutarjo itu sangat mengecewakan para pemimpin nasional. Untuk mengatasi krisis kekuatan nasional ini, M.H Tamrin mencari jalan keluar yang ditempuhnya melali pembentukan organisasi baru yaitu mendirikan GAPI pada tanggal 21 Mei 1939. organisasi ini adalah gabungan dari Parindra, Gerindo, Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia, partai Katolik Indonesia, Psaundan dan PSII. Dari banyaknya partai yang tergabung jelas bahwa organisasi itu ingin membentuk satu kekuatan nsional baru yang lebih efektif dari pada bergerak sendiri-sendiri.

b. Perkembangan GAPI

GAPI hendak mengadakan aksi, menuntut pemerintah dengan mengadakan parlemen yang disusun dan dipilih oleh rakyat Indonesia dan kepada parlemen itulah pemerintah harus bertanggung jawab. Jika tuntutan GAPI diluluskan oleh pemerintah, GAPI akan mengajak saeluruh rakyat untuk mengimbangi kemurahan hati pemerintah. Itulah jawaban pergerakan nasional terhadap pemerintah karena penolakan Petisi Sutarjo.

Pada tanggal 24 Oktober GAPI membentuk sebuah badan Kongres Rakyat Indonesia (KRI) yang bertujuan untuk membahagiakan dan memakmurkan penduduk. Kegiatan GAPI selanjutnya dilakuakn oleh KRI dengan mengadakan kongres-kongres. “Indonesia Parlemen” tetap merupakan tujuan utama GAPI selain memajukan masalah-masalah sosial-ekonomi.

Pemerintah memberikan reaksi dingin terhadap resolusi GAPI dan sangat disayangkan karena ia tidak akan memberi perubahan sebelum perang selesai. Untuk itu semua pemerintah hanya menjawab dengan membentuk komisi Visman. Meskipun demikian, GAPI terus menempuh demi tercapainya “Indonesia Berparlemen”. Jelas bahwa GAPI benar-benar merealisasikan pikiran rakyat yang menginginkan negara berdiri sendiri.

Untuk lebih mengefektifkan perjuangan GAPI, KRI yan sudah ada itu diubah menjadi Majelis Rakyat Indonesia (MRI) dalam sebuah konfrensi di Yogyakarta psada tanggal 14 September 1941. MRI dianggao badan perwakilan segenap rakyat Indonesia yan akan mencapai kesentosaan dan kemuliaan berdasarkan demokrasi. Sebagai satu federasi, maka yang duduk dalam dewan pimpinan adalah GAPL, MIAL, dan PVPN, berturut-turut mewakili federasi organisasi politik, organisasi Islam, dan Federasi Serikat Sekerja dan Pegawai Negeri.

e. Komisi Visman

Satu-satunya kaum nasionalis yang dipenuhi oleh pemerintah ialah pembentukan Komisi Visman pada bulan Maret 1941. panitia bertugas menyelidiki sampai di mana kehendak rakyat Indonesia sehubungan dengan perubahan pemerinta. Akan tetapi pelaksanaan komisi ini sangat menjengkelkan karena hasil yang dicapai komisi itu adalah keinginan orang-orang Indonesia yang hanya menginginkan bahwa Indonesia masih tetap dalam ikatan dengan Kerajaan Belanda. Dengan kata lain, sebenarnya Komisi Visman ini pun juga tidak memuaskan dan boleh dikatakan bahwa komisi ini hanya sekedar memberi angin kaum nasionalis dan tidak sungguh-sungguh ingin mengadakan perubahan ketatanegaraan bagi Indonesia.

f. Peristiwa-peristiwa Penting dan Kebijakan Keras Pemerintah Kolonial terhadap Indonesia

a. Indische Partij Menentang Perayaan Kemerdekaan Negeri Belanda

Tahun 1913 adalah tahun keseratus terbebasnya negeri Belanda dari kekuasaan Perancis. Pemerintah kolonial Belanda ingin merayakan kemerdekaan negeri Belanda di Indonesia dengan memungut dana dari rakyat Indonesia, akan tetapi tokoh Indische Partij melarang keras dengan memuculkan artikel yang ditulis oleh Suwardi Suryaningrat yang berjudul “Alks ik een Nederlandess was” yang artinya andaikan aku seorang Belanda. ebrdasarkan tulisan itu tokoh Indische Partij yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat ditangkap, dan dibuang ke Negeri Belanda.

b. Penyebaran Paham Sosialis oleh ISDV

Sneevliet adalah seorang pekerja pada jawatan perkereta apian yang berkebangsaan Belanda, tetapi dia memiliki paham sosialis yan menyebabkan ia memiliki keinginan untuk memberi bantuan kepada rakyat Indonesia yang menderita akibat dibawah kekuasaan Belanda. kemudian sneevliet bertemu Semaun, seorang tokoh Sarekat Islam cabang Semarang dan melalui Semaun juga Sneevliet bisa menyalurkan ide-idenya agar disalurkan ke masyarakat. Dengan berkembangnya ide sosial, masyarakat akhirnya dapat melakukan berbagai gerakan yang menuntut pemerintah kolonial Belanda. namun Belanda mengetahuinya dan sneevliet pun dikembalikan ke negeri Belanda.

c. Pemberontakan PKI Tahun 1926 dan 1927

Pada tahun 1920 dibentuk Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merupakan penggabungan ISDV dengan Sarekat Islam Merah. Organisasi PKI bersifat non kooperatif dan bergerak sangat radikal serta berpengaruh dikalangan rakyat Indonesia pada tahun 1926 dan 1927 PKI mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda tapi dua kali mengalami kegagalan. Akibatnya pemerintah kolonial Belanda bertindak tegas dengan menyatakan PKI sebagai partai terlarang di wilayah Hindia Belanda. sedangkan para pemimpinnya di tangkap dan dibuang keluar negeri da ada juga yang meloloskan diri ke Rusia dan Belanda.

d. Propaganda Bung Karno Melalui PNI

Dengan terbentuknya Partai Nasional (PNI), Bung Karno melakukkan propaganda-propaganda yang berhasil menggoyahkan kedudukan pemerintah kolonial Belanda, karena perjuangannya adalah untuk mencapai Indonesia merdeka sekarang yang berdasarkan kepada sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Tapi akhirnya bung Karno bersama para pemimpin PNI lainnya ditangkap dan diadili di Pengadilan Tinggi Negrei Bandung. Kemudian Bung Karno memberikan pidato pembelaan yang berjudul “Indonesia Menggugat”, walaupun begitu Bung Karno dan para pemimpinnya dinyatakan bersalah oleh para pengadilan lalu dijatuhi hukuman penjara.

e. Tuntutan GAPI Tentang Indonesia Berparlemen

Organisasi Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dibentuk akibat kegagalan perjuangan dari organisasi politik baik yang bersifat non kooperasi maupun kooperasi. Perjuangan GAPI sebagai organisasi politik adalah menuntut Indonesia Parlemen, agar dapat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bisa dilakukan secara bertahap melalui parlemen. Tapi tuntutan Belanda khawatir daerah jajahannya lepas. Namun pemerintah Belanda membentuk Komisi Visman pada bulan Maret 1941 untuk menyelidiki kehendak rakyat Indonesia sehubungan bila terjadinya perubahan pemerintahan, naum komisi itu tidak memuaskan kehendak rakyat maupun para pemimpin perjuangan, sehingga kekuasaan kolonial Belanda jatuh ketangan pasukan Jepang.

Read More......

Perhimpuan Indonesia sebagai Manifestor Politik



a. Gerakan Wanita

Pada tahun 1908 di negeri Belanda terbentuk sebuah organisasi dari para mahasiswa Indonesia yang diberi nama Indische Vereeniging (IV) atau Perhimpunan Hindia. Indische Vereneiging berdiri bersamaan waktunya dengan pendirian Budi Utomo di Indonesia. Kedua organisasi ini memiliki banyak kesamaan yaitu dalam prinsipnya yang moderat.

Pada awalnya Indische Vereniging merupakan perkumpulan yang bersifat sosial yaitu tempat mahasiswa Indonesia melewatkan waktu senggang dengan berbincang-bincang dan saling membagi informasi terbaru yang datang dari tanah air. Pengaruh kedatangan Indische Partis makin terasa dengan diterbitkannya majalah Hindia Putra pada tahun 1916 oleh Suwardi Suryaningrat. Pada tahun 1917 Indische Vereeniging bergabung dengan Chung Hwa Hui (Organisasi Mahasiswa Indonesia Cina) perhimpunan mahasiswa Indonesia-Eropa dan Belanda.

b. Perkembangan Organisasi Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda

Setelah Perang Dunia I berakhir, jumlah generasi baru mahasiswa Indonesia yang datang ke negeri Belanda semakin meningkat. Diantara generasi baru mahasiswa itu terdapat Sutomo, Hatta, Sartono, Ali Sastroamidjojo, Budiarto, Iwa Kusumasumantri, dan Iskaq.

Para mahasiswa yang bergabung dalam organisasi Mahasiswa Indonesia itu membentuk komunitas kecil yang berhubungan erat satu sama lainnya. Pada tahun 1926 jumlah anggota hanya terdiri dari 38 orang. Beberapa anggota dari generasi baru mahasiswa mengandalkan pengalamannya berorganisasi di Indonesia untuk terjun ke kancah politik di negeri belanda. perkembangan politik mahasiswa dipengaruhi semangat besar oleh para pimpinan Indische Partij (1913) dan juga dipengaruhi oleh tokoh-tokoh PKI seperti Darsono dan Semaun, serta tokoh SI seperti Abdul Muis (awal tahun 1920).

Pada rapat umum bulan Januari 1923, Iwa Kusuma Sumantri sebagai ketua baru memberi penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi itu mempunyai tiga asa pokok; pertama, Indonesia ingin menentukan nasib sendiri; kedua, agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri; ketiga, dengan tujuan melawan Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.

Dalam rapat umum yang diadakan bulan Januari 1924, Indische Vereniging berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Dengan nama Indonesia ini, mengungkapkan sikap lebih kuat sebagai orang Indonesia dan bukan lagi vereniging sebagai orang Hindia Belanda. Nama majalah Hindia Putera diganti menjadi Indonesia Merdeka.

Kata pengantar Indonesia Merdeka menjelaskan kata “Merdeka” mengandung ungkapan tentang tujuan dan usaha keras kami, mulai sekarang dan seterusnya. “Indonesia Merdeka” akan menjadi semboyan perjuangan pemuda Indonesia. “Merdeka adalah cita-cita umum umat manusia; setiap bangsa mempunyai keinginan kuat untuk hidup mereka. Kemerdekaan adalah cita-cita umat manusia dan bukan cita-cita Barat.

Dengan demikian Indonesische Vereeniging adalah salah satu organisasi nasionalis Asia yang paling awal menuntut kemerdekaan. Radikalisme para pemuda nasionalis Indonesia merupakan refleksi dari gerakan nasionalis Indonesia sebab mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk berdialog dengan pemerintah Belanda. apalagi memperoleh tanggapan konstruktif dari pemerintah Hindia Belanda tentang tuntutannya secara bertahap menyiapkan pemerintahan sendiri.

Indonesische Vereeniging secara resmi menjadi sebuah organisasi politik pada bulan Januari 1925. Dalam rapat umum bulan itu ada anggota bernama Hadi mengusulkan agar kembali kepada ciri-ciri asli, yaitu sebuah perkumpulan netral bagi mahasiswa Indonesia.

Sebuah artikel dalam Indonesia Merdeka yang diterbitkan bulan Februari 1925, mirip bagai bunyi trompet di medan perang di bawah judul “Strijd in Twee Front” (Perjuangan di Dua Front).

c. Perhimpunan Indonesia dan Ideologi Nasional

Moh. Hatta dan sesama pemimpin Perhimpunan Indonesia lainnya sadar bahwa mahasiswa Indonesia di negeri Belanda merupakan kelompok intelektual elit baru di tanah air mereka. Oleh karena itu, mereka mengembangkan persepsi kuat tentang peran organisasinya di negeri Belanda dalam kerangka yang lebih luas dari geraan nasionalis secara keseluruhan.

Ada empat pikiran pokok dalam ideologi yang dikembangkan oleh Perhimpunan Indonesia dan menjadi dasar arus utama gerakan nasionalis. Dengan memperkenalkan masalah sosial-ekonomi, ideologi Perhimpunan Indonesia menempatkan “Kemerdekaan” sebagai tujuan politik yang utama.

Pencetus komunisme tentang situasi penjajahan dengan menggunakan filsafat deferminisme historisnya. Namun, pengaruh Marxis-Leninis pada mahasiswa Indonesia hanya merupakan pendorong suatu perjuangan ras, yaitu orang Indonesia berkulit sawo matang melawan Belanda berkulit putih atau orang Asia melawan orang Eropa.

Moh. Hatta sebagai anggota Perhimpunan Indonesia yang lebih memahami ide-ide Marxis dibandingkan anggota-anggota lainnya, telah berusaha menganalisis kelas dari masyarakat Indonesia.

Gerakan Perhimpunan Indonesia semakin terpusat pada upaya menentukan nasib sendiri. usaha ini muncul dan semakin kuat setelah Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) memberi tekanan pada doktrin hak menentukan nasib sendiri (The Rights of Self Determination) dalam Perjanjian Versailles (1918).

d. Perhimpunan Indonesia dan Kegiatan Politik

Para mahasiswa Indonesia di Belanda secara teratur mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut mereka mengutuk kejahatan kolonialisme Belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Mereka berusaha mengadakan kontak dengan orang-orang Belanda atau organisasi internasional yang menaruh simpati tentang perjuangannya.

Para mahasiswa akhirnya memilih aksi politik. Mereka menganjurkan kepada mahasiswa angkatan pertama yang telah menyelesaikan studinya di Belanda dan pulang ke tanah air untuk bergabung dengan partai politik yang ada. Mereka diharapkan dapat menanamkan pengaruh dan membujuk agar kaum pergerakan di Indonesia menerima ide-ide Perhimpunan Indonesia. Usaha-usaha pembujukan itu pertama-tama dilakukan oleh Dujadi, Iskaq dalam Budi Utomo; Sukiman dalam Sarekat Islam; Konvensi Hatta-Semaun tahun 1926 atas nama Perhimpunan Indonesia dan PKI. Perjuangan mereka pada organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia merupakan manifestasi dari strategi-strategi dalam perjuangannya mencapai Indonesia Merdeka.

Propaganda itu disebarluaskan melalui majalah Indonesia Merdeka di Belanda dan majalah-majalah serta buku-buku yang disebarluaskan di Indonesia oleh wakil-wakil, alumni dan simpatisan Perhimpunan Indonesia. Penghubung dan simpatisan Perhimpunan Indonesia di Indonesia adalah Sudjadi, seorang juru tulis Departemen Keuangan di Batavia. Pada tanggal 21 Januari 1926, Sudjadi secara resmi ditunjuk sebagai wakil di Indonesia oleh pengurus Perhimpunan Indonesia.

Beberapa bukti yang diberikan oleh Sudjadi sangat mengecewakan Hatta, karena para alumni Perhimpunan Indonesia yang pulang ke Indonesia ternyata tidak aktif lagi dalam gerakan politik. Bahkan mereka lebih tertarik untuk membina karier dalam profesi mereka sendiri, sebagai ahli hukum atau dokter. Atau mereka tidak tertaruk memasuki Sarekat Islam, PKI, Budi Utomo, atau partai-partai lainnya.

Hatta akhirnya mengusulkan pembentukan partai baru dengan nama National Indonesische Volks Partij (Partai Rakyat Nasional Indonesia). Keputusan untuk membentuk partai nasionalis baru di Indonesia tidak berarti bahwa Perhimpunan Indonesia telah meninggalkan usaha untuk mengubah ideologi dari partai-partai politik yang telah ada.

e. Pemberontakan dan Kelahiran Partai Nasional Baru di Indonesia

Pada bulan November 1926, komite revolusioner PKI melancarkan pemberontakan di Jawa Barat dan pada bulan Januari 1927 di pantai barat Sumatera. Pemberontakan yang dirancang dengan seksama oleh pimpanan partai, ternyata mengalami kegagalan. Kegagalan itu menimbulkan sejumlah dampak bagi gerakan nasionalis.

1) Pemberontakan semacam itu sia-sia belaka karena dengan mudah dapat ditumpas oleh kekuatan Belanda yang lebih unggul.

2) PKI dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda.

Kegagalan pemberontakan itu mendorong Sudjadi (wakil resmi Perhimpunan Indonesia di Indonesia) untuk berbuat sesuatu. Pada tanggal 20 Desember 1926, ia memberi tahu Hatta bahwa ia bersama Iskaq dan Budiarto berencana membentuk partai baru sesuai dengan rencana Perhimpunan Indonesia.

Pada bulan April 1927, diadakan pertemuan di rumah kediaman Ir. Soekarno di Bandung untuk membicarakan perkembangan politik pada masa itu. Hadir dalam pertemuan itu Iskaq, Sunarjo, Budiarto, Tjipto Mangun kusumo, J. Tilaar dan Sudjadi. Sedang Sartono dan Anwari minta maaf, karena tidak dapat hadir. Kelompok yang hadir ditambah Sartono dan Anwari.

Kongres Nasional berhasil dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 1927 dengan keputusan pembentukan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Anggaran dasarnya diambil dari anggaran dasar sementara yang disusun oleh Sudjadi, Budiarto, dan Iskaq.

PNI berkembang sangat pesat dan dengan terang-terangan menyatakan sikapnya untuk terjun dalam bidang politik dengan dasar non-kooperatif. Dengan jelas dapat dinyatakan bahwa PNI secara langsung maupun tidak langsung mendapat pengaruh dari perjuangan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda.

f. Penangkapan Pemimpin Perhimpunan Indonesia

Empat hari setelah pemberontakan PKI di Banten pada bulan November 1926, penasehat Urusan Kemahasiswaan mendesak Jaksa Agung untuk memberikan izin penggeledahan terhadap penginapan para anggota Perhimpunan Indonesia.

Dengan munculnya tulisan bulan November 1926 dan Januari 1927, kecemasan tentang kegiatan Perhimpunan Indonesia yang telah berkembang selama lebih tiga tahun berubah menjadi suatu keputusan untuk tidak meremehkan para pemimpin Perhimpunan Indonesia. Karena tidak memiliki wewenang istimewa, Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan Menteri Urusan Jajahan mengalihkan perhatian dengan mengumpulkan cukup bukti untuk membujuk Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung bahwa hukuman berdasarkan Undang-Undang Pidana Belanda dapat dilakukan.

Pada bulan Maret dan April tahun 1927 Menteri Jajahan Komingsberger menyerahkan kepada Menteri Kehakiman bahan-bahan yang sudah dikumpulkan oleh Penasehat Urusan Kemahasiswaan tentang Perhimpunan Indonesia dan kegiatan pemimpinnya selama beberapa tahun terakhir.

Dari penggeledahan itu berhasil ditemukan bukti-bukti adanya hubungan antara Perhimpunan Indonesia dengan Moskow. Oleh karena itu, para pemimpin Perhimpunan Indonesia akhirnya ditangkap pada tanggal 27 September 1927 dan pada bulan Maret 1928 diajukan ke pengadilan.

Mendengar pidato dari keempat mahasiswa itu, pengadilan memutuskan para pimpinan Perhimpunan Indonesia tidak bersalah karena mereka dapat membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam pemberontakan itu dan dibebaskan dari segala tuduhan.

g. Peranan Perhimpunan Indonesia

Perhimpunan Indonesia memegang posisi penting dalam pergerakan kebangsaan Indonesia sejak tahun 1922-1927. Selama lima tahun keberhasilan dalam mengendalikan suhu pergerakan kebangsaan Indonesia, Perhimpunan Indonesia ternyata memberikan sumbangan yang cukup besar.

Pertama, Perhimpunan Indonesia memainkan perannya sebagai pendobrak cengkraman psikologis dan kekuasaan sistem kolonial. Kedua, Perhimpunan Indonesia memainkan perannya sebagai ideologi sekuler sehingga bisa mendorong semangat revolusioner dan kebangsaan. Ketiga, Perhimpunan Indonesia juga berhasil menyatukan unsur-unsur golongan ke dalam organisasi secara keseluruhan. Keempat, Perhimpunan Indonesia juga berhasil menggunakan kata “Indonesia” sebagai pilihan tepat untuk mengembangkan jati diri nasional dan tidak bersifat kedaerahan. Kelima, Perhimpunan Indonesia adalah organisasi yang dapat dikatakan sebagai organisasi kebangsaan yang paling orisinil dalam mengembangkan ideologi Indonesia Merdeka.



Read More......

ShoutMix chat widget

Followers

Bangkitlah Indonesiaku © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO