Sabtu, 30 Mei 2009

Perhimpuan Indonesia sebagai Manifestor Politik



a. Gerakan Wanita

Pada tahun 1908 di negeri Belanda terbentuk sebuah organisasi dari para mahasiswa Indonesia yang diberi nama Indische Vereeniging (IV) atau Perhimpunan Hindia. Indische Vereneiging berdiri bersamaan waktunya dengan pendirian Budi Utomo di Indonesia. Kedua organisasi ini memiliki banyak kesamaan yaitu dalam prinsipnya yang moderat.

Pada awalnya Indische Vereniging merupakan perkumpulan yang bersifat sosial yaitu tempat mahasiswa Indonesia melewatkan waktu senggang dengan berbincang-bincang dan saling membagi informasi terbaru yang datang dari tanah air. Pengaruh kedatangan Indische Partis makin terasa dengan diterbitkannya majalah Hindia Putra pada tahun 1916 oleh Suwardi Suryaningrat. Pada tahun 1917 Indische Vereeniging bergabung dengan Chung Hwa Hui (Organisasi Mahasiswa Indonesia Cina) perhimpunan mahasiswa Indonesia-Eropa dan Belanda.

b. Perkembangan Organisasi Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda

Setelah Perang Dunia I berakhir, jumlah generasi baru mahasiswa Indonesia yang datang ke negeri Belanda semakin meningkat. Diantara generasi baru mahasiswa itu terdapat Sutomo, Hatta, Sartono, Ali Sastroamidjojo, Budiarto, Iwa Kusumasumantri, dan Iskaq.

Para mahasiswa yang bergabung dalam organisasi Mahasiswa Indonesia itu membentuk komunitas kecil yang berhubungan erat satu sama lainnya. Pada tahun 1926 jumlah anggota hanya terdiri dari 38 orang. Beberapa anggota dari generasi baru mahasiswa mengandalkan pengalamannya berorganisasi di Indonesia untuk terjun ke kancah politik di negeri belanda. perkembangan politik mahasiswa dipengaruhi semangat besar oleh para pimpinan Indische Partij (1913) dan juga dipengaruhi oleh tokoh-tokoh PKI seperti Darsono dan Semaun, serta tokoh SI seperti Abdul Muis (awal tahun 1920).

Pada rapat umum bulan Januari 1923, Iwa Kusuma Sumantri sebagai ketua baru memberi penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi itu mempunyai tiga asa pokok; pertama, Indonesia ingin menentukan nasib sendiri; kedua, agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri; ketiga, dengan tujuan melawan Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.

Dalam rapat umum yang diadakan bulan Januari 1924, Indische Vereniging berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Dengan nama Indonesia ini, mengungkapkan sikap lebih kuat sebagai orang Indonesia dan bukan lagi vereniging sebagai orang Hindia Belanda. Nama majalah Hindia Putera diganti menjadi Indonesia Merdeka.

Kata pengantar Indonesia Merdeka menjelaskan kata “Merdeka” mengandung ungkapan tentang tujuan dan usaha keras kami, mulai sekarang dan seterusnya. “Indonesia Merdeka” akan menjadi semboyan perjuangan pemuda Indonesia. “Merdeka adalah cita-cita umum umat manusia; setiap bangsa mempunyai keinginan kuat untuk hidup mereka. Kemerdekaan adalah cita-cita umat manusia dan bukan cita-cita Barat.

Dengan demikian Indonesische Vereeniging adalah salah satu organisasi nasionalis Asia yang paling awal menuntut kemerdekaan. Radikalisme para pemuda nasionalis Indonesia merupakan refleksi dari gerakan nasionalis Indonesia sebab mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk berdialog dengan pemerintah Belanda. apalagi memperoleh tanggapan konstruktif dari pemerintah Hindia Belanda tentang tuntutannya secara bertahap menyiapkan pemerintahan sendiri.

Indonesische Vereeniging secara resmi menjadi sebuah organisasi politik pada bulan Januari 1925. Dalam rapat umum bulan itu ada anggota bernama Hadi mengusulkan agar kembali kepada ciri-ciri asli, yaitu sebuah perkumpulan netral bagi mahasiswa Indonesia.

Sebuah artikel dalam Indonesia Merdeka yang diterbitkan bulan Februari 1925, mirip bagai bunyi trompet di medan perang di bawah judul “Strijd in Twee Front” (Perjuangan di Dua Front).

c. Perhimpunan Indonesia dan Ideologi Nasional

Moh. Hatta dan sesama pemimpin Perhimpunan Indonesia lainnya sadar bahwa mahasiswa Indonesia di negeri Belanda merupakan kelompok intelektual elit baru di tanah air mereka. Oleh karena itu, mereka mengembangkan persepsi kuat tentang peran organisasinya di negeri Belanda dalam kerangka yang lebih luas dari geraan nasionalis secara keseluruhan.

Ada empat pikiran pokok dalam ideologi yang dikembangkan oleh Perhimpunan Indonesia dan menjadi dasar arus utama gerakan nasionalis. Dengan memperkenalkan masalah sosial-ekonomi, ideologi Perhimpunan Indonesia menempatkan “Kemerdekaan” sebagai tujuan politik yang utama.

Pencetus komunisme tentang situasi penjajahan dengan menggunakan filsafat deferminisme historisnya. Namun, pengaruh Marxis-Leninis pada mahasiswa Indonesia hanya merupakan pendorong suatu perjuangan ras, yaitu orang Indonesia berkulit sawo matang melawan Belanda berkulit putih atau orang Asia melawan orang Eropa.

Moh. Hatta sebagai anggota Perhimpunan Indonesia yang lebih memahami ide-ide Marxis dibandingkan anggota-anggota lainnya, telah berusaha menganalisis kelas dari masyarakat Indonesia.

Gerakan Perhimpunan Indonesia semakin terpusat pada upaya menentukan nasib sendiri. usaha ini muncul dan semakin kuat setelah Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) memberi tekanan pada doktrin hak menentukan nasib sendiri (The Rights of Self Determination) dalam Perjanjian Versailles (1918).

d. Perhimpunan Indonesia dan Kegiatan Politik

Para mahasiswa Indonesia di Belanda secara teratur mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut mereka mengutuk kejahatan kolonialisme Belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Mereka berusaha mengadakan kontak dengan orang-orang Belanda atau organisasi internasional yang menaruh simpati tentang perjuangannya.

Para mahasiswa akhirnya memilih aksi politik. Mereka menganjurkan kepada mahasiswa angkatan pertama yang telah menyelesaikan studinya di Belanda dan pulang ke tanah air untuk bergabung dengan partai politik yang ada. Mereka diharapkan dapat menanamkan pengaruh dan membujuk agar kaum pergerakan di Indonesia menerima ide-ide Perhimpunan Indonesia. Usaha-usaha pembujukan itu pertama-tama dilakukan oleh Dujadi, Iskaq dalam Budi Utomo; Sukiman dalam Sarekat Islam; Konvensi Hatta-Semaun tahun 1926 atas nama Perhimpunan Indonesia dan PKI. Perjuangan mereka pada organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia merupakan manifestasi dari strategi-strategi dalam perjuangannya mencapai Indonesia Merdeka.

Propaganda itu disebarluaskan melalui majalah Indonesia Merdeka di Belanda dan majalah-majalah serta buku-buku yang disebarluaskan di Indonesia oleh wakil-wakil, alumni dan simpatisan Perhimpunan Indonesia. Penghubung dan simpatisan Perhimpunan Indonesia di Indonesia adalah Sudjadi, seorang juru tulis Departemen Keuangan di Batavia. Pada tanggal 21 Januari 1926, Sudjadi secara resmi ditunjuk sebagai wakil di Indonesia oleh pengurus Perhimpunan Indonesia.

Beberapa bukti yang diberikan oleh Sudjadi sangat mengecewakan Hatta, karena para alumni Perhimpunan Indonesia yang pulang ke Indonesia ternyata tidak aktif lagi dalam gerakan politik. Bahkan mereka lebih tertarik untuk membina karier dalam profesi mereka sendiri, sebagai ahli hukum atau dokter. Atau mereka tidak tertaruk memasuki Sarekat Islam, PKI, Budi Utomo, atau partai-partai lainnya.

Hatta akhirnya mengusulkan pembentukan partai baru dengan nama National Indonesische Volks Partij (Partai Rakyat Nasional Indonesia). Keputusan untuk membentuk partai nasionalis baru di Indonesia tidak berarti bahwa Perhimpunan Indonesia telah meninggalkan usaha untuk mengubah ideologi dari partai-partai politik yang telah ada.

e. Pemberontakan dan Kelahiran Partai Nasional Baru di Indonesia

Pada bulan November 1926, komite revolusioner PKI melancarkan pemberontakan di Jawa Barat dan pada bulan Januari 1927 di pantai barat Sumatera. Pemberontakan yang dirancang dengan seksama oleh pimpanan partai, ternyata mengalami kegagalan. Kegagalan itu menimbulkan sejumlah dampak bagi gerakan nasionalis.

1) Pemberontakan semacam itu sia-sia belaka karena dengan mudah dapat ditumpas oleh kekuatan Belanda yang lebih unggul.

2) PKI dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda.

Kegagalan pemberontakan itu mendorong Sudjadi (wakil resmi Perhimpunan Indonesia di Indonesia) untuk berbuat sesuatu. Pada tanggal 20 Desember 1926, ia memberi tahu Hatta bahwa ia bersama Iskaq dan Budiarto berencana membentuk partai baru sesuai dengan rencana Perhimpunan Indonesia.

Pada bulan April 1927, diadakan pertemuan di rumah kediaman Ir. Soekarno di Bandung untuk membicarakan perkembangan politik pada masa itu. Hadir dalam pertemuan itu Iskaq, Sunarjo, Budiarto, Tjipto Mangun kusumo, J. Tilaar dan Sudjadi. Sedang Sartono dan Anwari minta maaf, karena tidak dapat hadir. Kelompok yang hadir ditambah Sartono dan Anwari.

Kongres Nasional berhasil dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 1927 dengan keputusan pembentukan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Anggaran dasarnya diambil dari anggaran dasar sementara yang disusun oleh Sudjadi, Budiarto, dan Iskaq.

PNI berkembang sangat pesat dan dengan terang-terangan menyatakan sikapnya untuk terjun dalam bidang politik dengan dasar non-kooperatif. Dengan jelas dapat dinyatakan bahwa PNI secara langsung maupun tidak langsung mendapat pengaruh dari perjuangan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda.

f. Penangkapan Pemimpin Perhimpunan Indonesia

Empat hari setelah pemberontakan PKI di Banten pada bulan November 1926, penasehat Urusan Kemahasiswaan mendesak Jaksa Agung untuk memberikan izin penggeledahan terhadap penginapan para anggota Perhimpunan Indonesia.

Dengan munculnya tulisan bulan November 1926 dan Januari 1927, kecemasan tentang kegiatan Perhimpunan Indonesia yang telah berkembang selama lebih tiga tahun berubah menjadi suatu keputusan untuk tidak meremehkan para pemimpin Perhimpunan Indonesia. Karena tidak memiliki wewenang istimewa, Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan Menteri Urusan Jajahan mengalihkan perhatian dengan mengumpulkan cukup bukti untuk membujuk Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung bahwa hukuman berdasarkan Undang-Undang Pidana Belanda dapat dilakukan.

Pada bulan Maret dan April tahun 1927 Menteri Jajahan Komingsberger menyerahkan kepada Menteri Kehakiman bahan-bahan yang sudah dikumpulkan oleh Penasehat Urusan Kemahasiswaan tentang Perhimpunan Indonesia dan kegiatan pemimpinnya selama beberapa tahun terakhir.

Dari penggeledahan itu berhasil ditemukan bukti-bukti adanya hubungan antara Perhimpunan Indonesia dengan Moskow. Oleh karena itu, para pemimpin Perhimpunan Indonesia akhirnya ditangkap pada tanggal 27 September 1927 dan pada bulan Maret 1928 diajukan ke pengadilan.

Mendengar pidato dari keempat mahasiswa itu, pengadilan memutuskan para pimpinan Perhimpunan Indonesia tidak bersalah karena mereka dapat membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam pemberontakan itu dan dibebaskan dari segala tuduhan.

g. Peranan Perhimpunan Indonesia

Perhimpunan Indonesia memegang posisi penting dalam pergerakan kebangsaan Indonesia sejak tahun 1922-1927. Selama lima tahun keberhasilan dalam mengendalikan suhu pergerakan kebangsaan Indonesia, Perhimpunan Indonesia ternyata memberikan sumbangan yang cukup besar.

Pertama, Perhimpunan Indonesia memainkan perannya sebagai pendobrak cengkraman psikologis dan kekuasaan sistem kolonial. Kedua, Perhimpunan Indonesia memainkan perannya sebagai ideologi sekuler sehingga bisa mendorong semangat revolusioner dan kebangsaan. Ketiga, Perhimpunan Indonesia juga berhasil menyatukan unsur-unsur golongan ke dalam organisasi secara keseluruhan. Keempat, Perhimpunan Indonesia juga berhasil menggunakan kata “Indonesia” sebagai pilihan tepat untuk mengembangkan jati diri nasional dan tidak bersifat kedaerahan. Kelima, Perhimpunan Indonesia adalah organisasi yang dapat dikatakan sebagai organisasi kebangsaan yang paling orisinil dalam mengembangkan ideologi Indonesia Merdeka.




ShoutMix chat widget

Followers

Bangkitlah Indonesiaku © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO