Sabtu, 30 Mei 2009

Hilangnya Kebangkitan Indonesia

Bila dikaitkan dengan kehidupan bangkit itu mungkin adalah bangun kembali dari suatu hal yang sudah lama tiada atau menghilang. Tapi bagi Indonesia bangkit disini itu merupakan suatu hal yang harus dicapai kembali setelah berjuang melepaskan diri dari para penjajah, dan pada saat itu tepatnya pada tanggal 20 Mei 1908 Indonesia bangkit untuk melepaskan diri, yang akhirnya setelah hari yang paling bersejarah Indonesia dapat meraih kemerdekaannya yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 yang membuat nama Indonesia disegani dikanca internasional. Tapi setelah beberapa tahun sampai sekarang, tampaknya bangsa Indonesia mungkin telah kehilangan semangat yang dahulu pernah membara dan kehebatannya juga sudah diakui oleh mata dunia.

Dan tampaknya sekarang bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu masalah yang sangat serius, yaitu suatu masalah yang benar-benar harus dibenahi dan diperhatikan oleh semua masyarakat Indonesia. Dan masalah yang paling menonjol adalah masalah ekonomi yang kini melanda seluruh lapisan masyarakat, yang akhirnya banyak menimbulkan tindakan-tindakan tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, bahkan dilakukan oleh para wakil rakyat yang harusnya mengayomi dan menampung aspirasi masyarakat, dan seakan-akan mereka hanya mempedulikan dirinya sendiri tanpa memikirkan yang harusnya dilakukan pada orang banyak. Bahkan para wakil rakyat tersebut banyak yang memberikan sesuatu yang terbaik kepada rakyat tapi dengan suatu syarat yang banyak orang bilang akhirnya UUD (Ujung-Ujungnya Duit).

Disinilah masalah yang sangat penting yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, seolah-olah kita tidak menghargai apa yang dilakukan oleh para pahlawan dalam mempertahankan negara tercinta ini. Dan harusnya kita bertanya “Apa yang harus kita berikan pada negara?” bukannya “Apa yang negara berikan kepada kita?”. Itu adalah salah satu pemikiran yang salah, karena kita bisa hidup nyaman sekarang ini karena jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang memberikan suatu hal yang terbaik untuk Indonesia.

Read More......

Gagasan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

serta Aktivitas Organisasi Pergerakan



a. Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

1) Latar Belakang Berdirinya PPPKI

Dalam sebuah rapat di Bandung tanggal 17-18 Desember 1927 dicapai kesepakatan antara wakil-wakil PSI, BU, PNI, Pasundan, Sumatranean Bond, Kaum Betawi, dan Kelompok Studi Indonesia untuk mendirikan federasi partai politik dengan nama PPPKI. Kaum nasionalis dari segala aliran menyambut pembentukan PPPKI yang dipandang sebagai imbangan kekuatan dalam menghadapi pemerintah. Koordinasi diperlukan guna menghimpun kekuatan menentang musuh bersama. Meskipun kerjasama perpecahan bersama dengan munculnya isu kooperasi dan non-kooperasi di kalangan partai politik dan saat-saat PSI merasa terancam oleh PNI. Dengan kata lain, nasionalisme Islam terancam ideologi sekuler yang berkembang pada waktu itu.

2) Perkembangan PPPKI

PPPKI mempunyai daya tarik tersendiri. PSI Yogyakarta dalam tahun 1928 menaruh perhatian terhadap ideologi nasionalis sekuler, sedangkan BU menjadi kurang konservatif. Meskipun mereka berada dalam partai politik yang berbeda-beda dan bersaing pada waktu itu, tetapi keyakinan politik mereka tidaklah jauh berbeda.

Kongres PPPKI Pertama diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 2 September 1928. Wakil-wakil partai politik menyatakan harapannya bahwa kongres itu merupakan permulaan era baru bagi gerakan kebangsaan. Rapat kerja selanjutnya membahas masalah pendidikan nasional, bank nasional dan cara-cara memperkuat kerjasama, komisi-komisi itu terdiri dari Tjokroaminoto (PSI), Ir. Soekarno (PNI), Otto Soebrata (Pasundan) dan Thamrin (Kaum Betawi), menyiapkan program aksi jangka pendek. Kongres berhasil menunjuk Sutomo sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PPPKI, dan rupanya ia dapat mengatasi perbedaan pendapat antara kelompok moderat dan radikal.

Kongres Indonesia Raya diadakan di Surabaya pada awal bulan Januari 1931. Kongres ini dimaksudkan untuk semua organisasi politik dan non-politik, tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan karena menurut Sukiman dari PSII dan Golongan Merdeka, keduanya tidak ikut kongres, bahwa yang dimaksud Kongres Indonesia Raya tidak lain adalah kongres PPPKI seperti yang dikehendaki Sutomo.

Partindo berkembang cepat dan demikian pula PNI Baru sebagai saingannya mendapat tempat di sebagian nasionalis. Persaingan kedua partai ini menyebabkan PPPKI tidak memainkan peranan di panggung politik, meskipun Ir. Soekarno berusaha sedemikian rupa sehingga tercapai kerjasama antara partai politik.

PPPKI belum sempat menjadi federasi kekuatan partai politik ketika tiba-tiba pemerintah melakukan intervensi terhadap partai-partai non-kooperasi pada bulan Agustus 1933. organisasi ini sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menuelenggarakan rapat protes terhadap beberapa hal seperti pasal-pasal tertentu dalam KUHP dan mendukung penghapusan Undang-Undang Sekolah Liar. Akan tetapi perlu diingatkan bahwa PPKI dapat berkembang dan mampu menyatukan kekuatan politik pada tahun-tahun sebelumnya adalah berkat PSII dan PNI Baru. PPPKI tidak banyak berperan dalam panggung politik seperti yang diharapkan semula.

3) Perpecahan dalam tubuh PPPKI

Pada akhir tahun 1929 proses keruntuhan PPPKI dipercepat oleh “menyelundupnya” provokator ke dalam organisasi politik. Dalam Kongres PPPKI Kedua di Solo (25-27 Desember 1929) benih perpecahan semain terang karena istilah “kebangsaan” dipersoalkan lagi. Akan tetapi, karena adanya perbedaan-perbedaan tujuan, ideologi, dan kepribadian yang mendasar perpecahan tersebut tidak dapat dihindarkan. Partai Sarekat Islam yang berpengaruh dalam PPPKI mengundurkan diri pada tahun 1930 karena adanya penolakan dari kelompok-kelompok lainnya untuk mengakui peranan utama Islam.

Ir. Soekarno yang dianggap sebagai simbol pemersatu dalam tubuh PPPKI, dihadapkan ke pengadilan di Bandung pada bulan Agustus 1930. Ia ditangkap setelah menghadiri kongres organisasi tersebut di Yogyakarta.

b. Kongres Pemuda

1) Latar Belakang Munculnya Kongres Pemuda Indonesia

Para pelajar dan mahasiswa dari beberapa organisasi mulai bergabung dalam satu wadah bersama, yaitu Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada tahun 1926. untuk merealisasikan semangat persatuan dalam wadah nasionalisme itu, mereka menyelenggarakan Kongres Pemuda I pada bulan Mei tahun 1926. Maka pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 diselenggarakan Kongres Pemuda I di Jakarta (Batavia) dengan dipimpin oleh Moh. Tabrani dari Jong Java.

Tujuan kongres adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.

Kongres diadakan oleh semua perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamieten Bond. Mereka membentuk sebuah badan komite yang diketuai oleh Moh. Tabrani dari Jong Java, sekretaris Jamaluddin Adi Negoro dari Jong Sumatranen Bond dan bendahara Suwarso. Dalam buku Verslag Van Het Eerste Indonesisch Jong Conggres mengatakan, “menggugah semangat kerjasama di antara bermacam organisasi pemuda tanah air kita, supaya dapat mewujudkan kelahiran persatuan Indonesia, di tengah bangsa-bangsa di dunia.”

2) Kongres Pemuda Indonesia II

Perkumpulan pemuda yang memegang peranan aktif dalam Kongres Pemuda Indonesia II adalah Pemuda Indonesia dan PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Kongres juga dihadiri oleh Jong Javam Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon dan Jong Batak. Seperti halnya PNI, Pemuda Indonesia berpaham kebangsaan Indonesia yang radikal. Pemuda Indonesia adalah perkumpulan pemuda yang bersifat nasionalis dan meninggalkan sifat-sifat kedaerahannya.

PPPI adalah perkumpulan dari para mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA. Asas PPPI sangat dipengaruhi oleh asas Perhimpunan Indonesia di Belanda, yaitu :

1) Kebangkitan Indonesia,

2) Antithese kolonial di antara penjajahan dan yang dijajah, non-kooperatif.

3) Mendidik para anggotanya dalam memenuhi kewajibannya di masyarakat, yaitu berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

Asas PPPI sama dengan Pemuda Indonesa, yaitu sama-sama meninggalkan sifat kedaerahan.

Penyelenggaraan Kongres Pemuda II mengadakan tiga kali rapat. Rapat dilakukan di Gedung Katholik Jonglingen Bond di Waterloopein. Rapat kedua tanggal 28 Oktober 1928 pagi di Gedung Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noord dan rapat ketiga (rapat terakhir) pada tanggal 28 Oktober 1928 malam di Gedung Indonesische Chubuis Kramat 106 Jaarta. Dalam rapat ini disetujui usul resolusi yang dirancang oleh Muhammad Yamin, yakni Sumpah Pemuda yang berisi satu bangsa, satu nusa, dan satu bahasa Indonesia. Rapat dihadiri oleh sekitar 750 orang yang terdiri dari wakil-wakil perkumpulan pemuda. Kongres berhasil menetapkan ikrar atau Sumpah Pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.

c. Partai Indonesia Raya (Parindra)

1) Latar Belakang Berdirinya Parindra

Pada tahun 1932, PBI mempunyai 30 cabang dengan 2500 anggota. Dalam kongres yang diselenggarakan pada tahun 1934 di Malang yang dihadiri 38 cabang dibicarakan komunikasi antarpulau agar dapat dilakukan melalui pelayaran yang diperkuat oleh kooperasi. Selain itu kongres akan memajukan pendidikan rakyat dan kepanduan yang diberi nama Suryawirawan.

Dilumpuhkannya gerakan nonkooperasi pada tahun 1930-an mempercepat perkembangan kerjasama PBI dan BU. Pada tahun 1935 kedua partai itu membentuk Parindra dan ikut di dalamnya Sarika Celebes, Sarikat Sumatra, Sarikat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi dan Tirtayasa yang terus melanjutkan politik kooperasi moderatnya. Dengan terbentuknya Parindra berati persatuan golongan kooperasi makin kuat. Pada tahun 1936 partai itu mempunyai 57 cabang dengan 3.425 anggota.

2) Tujuan Parindra

Tujuan Parindra tidak jauh berbeda dengan PBI yang menginginkan Indonesia mulia dan sempurna. Dalam politiknya Parindra bersikap non-kooperasi yang insidentil artinya apabila ada kejadian yang sangat mengecewakan organisasi itu, maka diputuskan untuk sementara menarik wakil-wakilnya dari dalam badan perwakilan.

Parindra sangat aktif dan konstruktif terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Untuk menolong petani didirikan Perkumpulan Rukun Tani dan untuk memajukan pelayaran didirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), dan juga didirikan Bank Nasional Indonesia.

Kongres Pertama yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan Mei 1937 diputuskan bahwa Parindra bersikap kooperatif dan anggota yang ada dalam dewan harus tetap loyal pada partainya. Sutomo selaku Ketua Parindra, digantikan oleh K.R.M.H. Wuryaningrat. Ia sangat menekankan perbaikan ekonomi rakyat, pengangguran, perburuhan, kemiskinan, peradilan, dan lain-lain

d. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dan Indonesia Berparlemen

a. Latar Belakang Berdirinya GAPI

Keputusan penolakan Petisi Sutarjo itu sangat mengecewakan para pemimpin nasional. Untuk mengatasi krisis kekuatan nasional ini, M.H Tamrin mencari jalan keluar yang ditempuhnya melali pembentukan organisasi baru yaitu mendirikan GAPI pada tanggal 21 Mei 1939. organisasi ini adalah gabungan dari Parindra, Gerindo, Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia, partai Katolik Indonesia, Psaundan dan PSII. Dari banyaknya partai yang tergabung jelas bahwa organisasi itu ingin membentuk satu kekuatan nsional baru yang lebih efektif dari pada bergerak sendiri-sendiri.

b. Perkembangan GAPI

GAPI hendak mengadakan aksi, menuntut pemerintah dengan mengadakan parlemen yang disusun dan dipilih oleh rakyat Indonesia dan kepada parlemen itulah pemerintah harus bertanggung jawab. Jika tuntutan GAPI diluluskan oleh pemerintah, GAPI akan mengajak saeluruh rakyat untuk mengimbangi kemurahan hati pemerintah. Itulah jawaban pergerakan nasional terhadap pemerintah karena penolakan Petisi Sutarjo.

Pada tanggal 24 Oktober GAPI membentuk sebuah badan Kongres Rakyat Indonesia (KRI) yang bertujuan untuk membahagiakan dan memakmurkan penduduk. Kegiatan GAPI selanjutnya dilakuakn oleh KRI dengan mengadakan kongres-kongres. “Indonesia Parlemen” tetap merupakan tujuan utama GAPI selain memajukan masalah-masalah sosial-ekonomi.

Pemerintah memberikan reaksi dingin terhadap resolusi GAPI dan sangat disayangkan karena ia tidak akan memberi perubahan sebelum perang selesai. Untuk itu semua pemerintah hanya menjawab dengan membentuk komisi Visman. Meskipun demikian, GAPI terus menempuh demi tercapainya “Indonesia Berparlemen”. Jelas bahwa GAPI benar-benar merealisasikan pikiran rakyat yang menginginkan negara berdiri sendiri.

Untuk lebih mengefektifkan perjuangan GAPI, KRI yan sudah ada itu diubah menjadi Majelis Rakyat Indonesia (MRI) dalam sebuah konfrensi di Yogyakarta psada tanggal 14 September 1941. MRI dianggao badan perwakilan segenap rakyat Indonesia yan akan mencapai kesentosaan dan kemuliaan berdasarkan demokrasi. Sebagai satu federasi, maka yang duduk dalam dewan pimpinan adalah GAPL, MIAL, dan PVPN, berturut-turut mewakili federasi organisasi politik, organisasi Islam, dan Federasi Serikat Sekerja dan Pegawai Negeri.

e. Komisi Visman

Satu-satunya kaum nasionalis yang dipenuhi oleh pemerintah ialah pembentukan Komisi Visman pada bulan Maret 1941. panitia bertugas menyelidiki sampai di mana kehendak rakyat Indonesia sehubungan dengan perubahan pemerinta. Akan tetapi pelaksanaan komisi ini sangat menjengkelkan karena hasil yang dicapai komisi itu adalah keinginan orang-orang Indonesia yang hanya menginginkan bahwa Indonesia masih tetap dalam ikatan dengan Kerajaan Belanda. Dengan kata lain, sebenarnya Komisi Visman ini pun juga tidak memuaskan dan boleh dikatakan bahwa komisi ini hanya sekedar memberi angin kaum nasionalis dan tidak sungguh-sungguh ingin mengadakan perubahan ketatanegaraan bagi Indonesia.

f. Peristiwa-peristiwa Penting dan Kebijakan Keras Pemerintah Kolonial terhadap Indonesia

a. Indische Partij Menentang Perayaan Kemerdekaan Negeri Belanda

Tahun 1913 adalah tahun keseratus terbebasnya negeri Belanda dari kekuasaan Perancis. Pemerintah kolonial Belanda ingin merayakan kemerdekaan negeri Belanda di Indonesia dengan memungut dana dari rakyat Indonesia, akan tetapi tokoh Indische Partij melarang keras dengan memuculkan artikel yang ditulis oleh Suwardi Suryaningrat yang berjudul “Alks ik een Nederlandess was” yang artinya andaikan aku seorang Belanda. ebrdasarkan tulisan itu tokoh Indische Partij yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat ditangkap, dan dibuang ke Negeri Belanda.

b. Penyebaran Paham Sosialis oleh ISDV

Sneevliet adalah seorang pekerja pada jawatan perkereta apian yang berkebangsaan Belanda, tetapi dia memiliki paham sosialis yan menyebabkan ia memiliki keinginan untuk memberi bantuan kepada rakyat Indonesia yang menderita akibat dibawah kekuasaan Belanda. kemudian sneevliet bertemu Semaun, seorang tokoh Sarekat Islam cabang Semarang dan melalui Semaun juga Sneevliet bisa menyalurkan ide-idenya agar disalurkan ke masyarakat. Dengan berkembangnya ide sosial, masyarakat akhirnya dapat melakukan berbagai gerakan yang menuntut pemerintah kolonial Belanda. namun Belanda mengetahuinya dan sneevliet pun dikembalikan ke negeri Belanda.

c. Pemberontakan PKI Tahun 1926 dan 1927

Pada tahun 1920 dibentuk Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merupakan penggabungan ISDV dengan Sarekat Islam Merah. Organisasi PKI bersifat non kooperatif dan bergerak sangat radikal serta berpengaruh dikalangan rakyat Indonesia pada tahun 1926 dan 1927 PKI mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda tapi dua kali mengalami kegagalan. Akibatnya pemerintah kolonial Belanda bertindak tegas dengan menyatakan PKI sebagai partai terlarang di wilayah Hindia Belanda. sedangkan para pemimpinnya di tangkap dan dibuang keluar negeri da ada juga yang meloloskan diri ke Rusia dan Belanda.

d. Propaganda Bung Karno Melalui PNI

Dengan terbentuknya Partai Nasional (PNI), Bung Karno melakukkan propaganda-propaganda yang berhasil menggoyahkan kedudukan pemerintah kolonial Belanda, karena perjuangannya adalah untuk mencapai Indonesia merdeka sekarang yang berdasarkan kepada sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Tapi akhirnya bung Karno bersama para pemimpin PNI lainnya ditangkap dan diadili di Pengadilan Tinggi Negrei Bandung. Kemudian Bung Karno memberikan pidato pembelaan yang berjudul “Indonesia Menggugat”, walaupun begitu Bung Karno dan para pemimpinnya dinyatakan bersalah oleh para pengadilan lalu dijatuhi hukuman penjara.

e. Tuntutan GAPI Tentang Indonesia Berparlemen

Organisasi Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dibentuk akibat kegagalan perjuangan dari organisasi politik baik yang bersifat non kooperasi maupun kooperasi. Perjuangan GAPI sebagai organisasi politik adalah menuntut Indonesia Parlemen, agar dapat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bisa dilakukan secara bertahap melalui parlemen. Tapi tuntutan Belanda khawatir daerah jajahannya lepas. Namun pemerintah Belanda membentuk Komisi Visman pada bulan Maret 1941 untuk menyelidiki kehendak rakyat Indonesia sehubungan bila terjadinya perubahan pemerintahan, naum komisi itu tidak memuaskan kehendak rakyat maupun para pemimpin perjuangan, sehingga kekuasaan kolonial Belanda jatuh ketangan pasukan Jepang.

Read More......

Perhimpuan Indonesia sebagai Manifestor Politik



a. Gerakan Wanita

Pada tahun 1908 di negeri Belanda terbentuk sebuah organisasi dari para mahasiswa Indonesia yang diberi nama Indische Vereeniging (IV) atau Perhimpunan Hindia. Indische Vereneiging berdiri bersamaan waktunya dengan pendirian Budi Utomo di Indonesia. Kedua organisasi ini memiliki banyak kesamaan yaitu dalam prinsipnya yang moderat.

Pada awalnya Indische Vereniging merupakan perkumpulan yang bersifat sosial yaitu tempat mahasiswa Indonesia melewatkan waktu senggang dengan berbincang-bincang dan saling membagi informasi terbaru yang datang dari tanah air. Pengaruh kedatangan Indische Partis makin terasa dengan diterbitkannya majalah Hindia Putra pada tahun 1916 oleh Suwardi Suryaningrat. Pada tahun 1917 Indische Vereeniging bergabung dengan Chung Hwa Hui (Organisasi Mahasiswa Indonesia Cina) perhimpunan mahasiswa Indonesia-Eropa dan Belanda.

b. Perkembangan Organisasi Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda

Setelah Perang Dunia I berakhir, jumlah generasi baru mahasiswa Indonesia yang datang ke negeri Belanda semakin meningkat. Diantara generasi baru mahasiswa itu terdapat Sutomo, Hatta, Sartono, Ali Sastroamidjojo, Budiarto, Iwa Kusumasumantri, dan Iskaq.

Para mahasiswa yang bergabung dalam organisasi Mahasiswa Indonesia itu membentuk komunitas kecil yang berhubungan erat satu sama lainnya. Pada tahun 1926 jumlah anggota hanya terdiri dari 38 orang. Beberapa anggota dari generasi baru mahasiswa mengandalkan pengalamannya berorganisasi di Indonesia untuk terjun ke kancah politik di negeri belanda. perkembangan politik mahasiswa dipengaruhi semangat besar oleh para pimpinan Indische Partij (1913) dan juga dipengaruhi oleh tokoh-tokoh PKI seperti Darsono dan Semaun, serta tokoh SI seperti Abdul Muis (awal tahun 1920).

Pada rapat umum bulan Januari 1923, Iwa Kusuma Sumantri sebagai ketua baru memberi penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi itu mempunyai tiga asa pokok; pertama, Indonesia ingin menentukan nasib sendiri; kedua, agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri; ketiga, dengan tujuan melawan Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.

Dalam rapat umum yang diadakan bulan Januari 1924, Indische Vereniging berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Dengan nama Indonesia ini, mengungkapkan sikap lebih kuat sebagai orang Indonesia dan bukan lagi vereniging sebagai orang Hindia Belanda. Nama majalah Hindia Putera diganti menjadi Indonesia Merdeka.

Kata pengantar Indonesia Merdeka menjelaskan kata “Merdeka” mengandung ungkapan tentang tujuan dan usaha keras kami, mulai sekarang dan seterusnya. “Indonesia Merdeka” akan menjadi semboyan perjuangan pemuda Indonesia. “Merdeka adalah cita-cita umum umat manusia; setiap bangsa mempunyai keinginan kuat untuk hidup mereka. Kemerdekaan adalah cita-cita umat manusia dan bukan cita-cita Barat.

Dengan demikian Indonesische Vereeniging adalah salah satu organisasi nasionalis Asia yang paling awal menuntut kemerdekaan. Radikalisme para pemuda nasionalis Indonesia merupakan refleksi dari gerakan nasionalis Indonesia sebab mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk berdialog dengan pemerintah Belanda. apalagi memperoleh tanggapan konstruktif dari pemerintah Hindia Belanda tentang tuntutannya secara bertahap menyiapkan pemerintahan sendiri.

Indonesische Vereeniging secara resmi menjadi sebuah organisasi politik pada bulan Januari 1925. Dalam rapat umum bulan itu ada anggota bernama Hadi mengusulkan agar kembali kepada ciri-ciri asli, yaitu sebuah perkumpulan netral bagi mahasiswa Indonesia.

Sebuah artikel dalam Indonesia Merdeka yang diterbitkan bulan Februari 1925, mirip bagai bunyi trompet di medan perang di bawah judul “Strijd in Twee Front” (Perjuangan di Dua Front).

c. Perhimpunan Indonesia dan Ideologi Nasional

Moh. Hatta dan sesama pemimpin Perhimpunan Indonesia lainnya sadar bahwa mahasiswa Indonesia di negeri Belanda merupakan kelompok intelektual elit baru di tanah air mereka. Oleh karena itu, mereka mengembangkan persepsi kuat tentang peran organisasinya di negeri Belanda dalam kerangka yang lebih luas dari geraan nasionalis secara keseluruhan.

Ada empat pikiran pokok dalam ideologi yang dikembangkan oleh Perhimpunan Indonesia dan menjadi dasar arus utama gerakan nasionalis. Dengan memperkenalkan masalah sosial-ekonomi, ideologi Perhimpunan Indonesia menempatkan “Kemerdekaan” sebagai tujuan politik yang utama.

Pencetus komunisme tentang situasi penjajahan dengan menggunakan filsafat deferminisme historisnya. Namun, pengaruh Marxis-Leninis pada mahasiswa Indonesia hanya merupakan pendorong suatu perjuangan ras, yaitu orang Indonesia berkulit sawo matang melawan Belanda berkulit putih atau orang Asia melawan orang Eropa.

Moh. Hatta sebagai anggota Perhimpunan Indonesia yang lebih memahami ide-ide Marxis dibandingkan anggota-anggota lainnya, telah berusaha menganalisis kelas dari masyarakat Indonesia.

Gerakan Perhimpunan Indonesia semakin terpusat pada upaya menentukan nasib sendiri. usaha ini muncul dan semakin kuat setelah Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) memberi tekanan pada doktrin hak menentukan nasib sendiri (The Rights of Self Determination) dalam Perjanjian Versailles (1918).

d. Perhimpunan Indonesia dan Kegiatan Politik

Para mahasiswa Indonesia di Belanda secara teratur mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut mereka mengutuk kejahatan kolonialisme Belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Mereka berusaha mengadakan kontak dengan orang-orang Belanda atau organisasi internasional yang menaruh simpati tentang perjuangannya.

Para mahasiswa akhirnya memilih aksi politik. Mereka menganjurkan kepada mahasiswa angkatan pertama yang telah menyelesaikan studinya di Belanda dan pulang ke tanah air untuk bergabung dengan partai politik yang ada. Mereka diharapkan dapat menanamkan pengaruh dan membujuk agar kaum pergerakan di Indonesia menerima ide-ide Perhimpunan Indonesia. Usaha-usaha pembujukan itu pertama-tama dilakukan oleh Dujadi, Iskaq dalam Budi Utomo; Sukiman dalam Sarekat Islam; Konvensi Hatta-Semaun tahun 1926 atas nama Perhimpunan Indonesia dan PKI. Perjuangan mereka pada organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia merupakan manifestasi dari strategi-strategi dalam perjuangannya mencapai Indonesia Merdeka.

Propaganda itu disebarluaskan melalui majalah Indonesia Merdeka di Belanda dan majalah-majalah serta buku-buku yang disebarluaskan di Indonesia oleh wakil-wakil, alumni dan simpatisan Perhimpunan Indonesia. Penghubung dan simpatisan Perhimpunan Indonesia di Indonesia adalah Sudjadi, seorang juru tulis Departemen Keuangan di Batavia. Pada tanggal 21 Januari 1926, Sudjadi secara resmi ditunjuk sebagai wakil di Indonesia oleh pengurus Perhimpunan Indonesia.

Beberapa bukti yang diberikan oleh Sudjadi sangat mengecewakan Hatta, karena para alumni Perhimpunan Indonesia yang pulang ke Indonesia ternyata tidak aktif lagi dalam gerakan politik. Bahkan mereka lebih tertarik untuk membina karier dalam profesi mereka sendiri, sebagai ahli hukum atau dokter. Atau mereka tidak tertaruk memasuki Sarekat Islam, PKI, Budi Utomo, atau partai-partai lainnya.

Hatta akhirnya mengusulkan pembentukan partai baru dengan nama National Indonesische Volks Partij (Partai Rakyat Nasional Indonesia). Keputusan untuk membentuk partai nasionalis baru di Indonesia tidak berarti bahwa Perhimpunan Indonesia telah meninggalkan usaha untuk mengubah ideologi dari partai-partai politik yang telah ada.

e. Pemberontakan dan Kelahiran Partai Nasional Baru di Indonesia

Pada bulan November 1926, komite revolusioner PKI melancarkan pemberontakan di Jawa Barat dan pada bulan Januari 1927 di pantai barat Sumatera. Pemberontakan yang dirancang dengan seksama oleh pimpanan partai, ternyata mengalami kegagalan. Kegagalan itu menimbulkan sejumlah dampak bagi gerakan nasionalis.

1) Pemberontakan semacam itu sia-sia belaka karena dengan mudah dapat ditumpas oleh kekuatan Belanda yang lebih unggul.

2) PKI dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda.

Kegagalan pemberontakan itu mendorong Sudjadi (wakil resmi Perhimpunan Indonesia di Indonesia) untuk berbuat sesuatu. Pada tanggal 20 Desember 1926, ia memberi tahu Hatta bahwa ia bersama Iskaq dan Budiarto berencana membentuk partai baru sesuai dengan rencana Perhimpunan Indonesia.

Pada bulan April 1927, diadakan pertemuan di rumah kediaman Ir. Soekarno di Bandung untuk membicarakan perkembangan politik pada masa itu. Hadir dalam pertemuan itu Iskaq, Sunarjo, Budiarto, Tjipto Mangun kusumo, J. Tilaar dan Sudjadi. Sedang Sartono dan Anwari minta maaf, karena tidak dapat hadir. Kelompok yang hadir ditambah Sartono dan Anwari.

Kongres Nasional berhasil dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 1927 dengan keputusan pembentukan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Anggaran dasarnya diambil dari anggaran dasar sementara yang disusun oleh Sudjadi, Budiarto, dan Iskaq.

PNI berkembang sangat pesat dan dengan terang-terangan menyatakan sikapnya untuk terjun dalam bidang politik dengan dasar non-kooperatif. Dengan jelas dapat dinyatakan bahwa PNI secara langsung maupun tidak langsung mendapat pengaruh dari perjuangan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda.

f. Penangkapan Pemimpin Perhimpunan Indonesia

Empat hari setelah pemberontakan PKI di Banten pada bulan November 1926, penasehat Urusan Kemahasiswaan mendesak Jaksa Agung untuk memberikan izin penggeledahan terhadap penginapan para anggota Perhimpunan Indonesia.

Dengan munculnya tulisan bulan November 1926 dan Januari 1927, kecemasan tentang kegiatan Perhimpunan Indonesia yang telah berkembang selama lebih tiga tahun berubah menjadi suatu keputusan untuk tidak meremehkan para pemimpin Perhimpunan Indonesia. Karena tidak memiliki wewenang istimewa, Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan Menteri Urusan Jajahan mengalihkan perhatian dengan mengumpulkan cukup bukti untuk membujuk Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung bahwa hukuman berdasarkan Undang-Undang Pidana Belanda dapat dilakukan.

Pada bulan Maret dan April tahun 1927 Menteri Jajahan Komingsberger menyerahkan kepada Menteri Kehakiman bahan-bahan yang sudah dikumpulkan oleh Penasehat Urusan Kemahasiswaan tentang Perhimpunan Indonesia dan kegiatan pemimpinnya selama beberapa tahun terakhir.

Dari penggeledahan itu berhasil ditemukan bukti-bukti adanya hubungan antara Perhimpunan Indonesia dengan Moskow. Oleh karena itu, para pemimpin Perhimpunan Indonesia akhirnya ditangkap pada tanggal 27 September 1927 dan pada bulan Maret 1928 diajukan ke pengadilan.

Mendengar pidato dari keempat mahasiswa itu, pengadilan memutuskan para pimpinan Perhimpunan Indonesia tidak bersalah karena mereka dapat membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam pemberontakan itu dan dibebaskan dari segala tuduhan.

g. Peranan Perhimpunan Indonesia

Perhimpunan Indonesia memegang posisi penting dalam pergerakan kebangsaan Indonesia sejak tahun 1922-1927. Selama lima tahun keberhasilan dalam mengendalikan suhu pergerakan kebangsaan Indonesia, Perhimpunan Indonesia ternyata memberikan sumbangan yang cukup besar.

Pertama, Perhimpunan Indonesia memainkan perannya sebagai pendobrak cengkraman psikologis dan kekuasaan sistem kolonial. Kedua, Perhimpunan Indonesia memainkan perannya sebagai ideologi sekuler sehingga bisa mendorong semangat revolusioner dan kebangsaan. Ketiga, Perhimpunan Indonesia juga berhasil menyatukan unsur-unsur golongan ke dalam organisasi secara keseluruhan. Keempat, Perhimpunan Indonesia juga berhasil menggunakan kata “Indonesia” sebagai pilihan tepat untuk mengembangkan jati diri nasional dan tidak bersifat kedaerahan. Kelima, Perhimpunan Indonesia adalah organisasi yang dapat dikatakan sebagai organisasi kebangsaan yang paling orisinil dalam mengembangkan ideologi Indonesia Merdeka.



Read More......

PERKEMBANGAN ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA MENUJU KEBANGKITAN


a. Budi Utomo

1) Latar belakang Munculnya Organisasi Budi Utomo

Pada abad ke-19 situasi sosial ekonomi di Jawa semakin memburuk. Hal ini disebabkan eksploitasi kolonial, politik liberal, dan politik etis. Westernisasi gencar dilakukan oleh pemerintah kolonial mengakibatkan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tidak dapat dibendung lagi.

Akibat politik etis mengandung usaha-usaha untuk memajukan pengajaran, pada dekade abad ke-20 terdapat kekurangan dana beljar bagi anak-anak Indonesia. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk menghimpun dana. Pada tahun 1906-1907 dilakukan propaganda keliling Pulau Jawa. Ide Dr. Wahidin Sudirohusodo itu diterima dan dikembangkan oleh Sutomo, seorang siswa School Tot Opleiding Van Indische Arsten (STOVIA). Akhirnya Sutomo mendirikan Budi Utomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908.

2) Perkembangan Organisasi Budi Utomo

Budi Utomo memperkenalkan corak baru yakni kesadaran lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi modern.

Kelahiran organisasi Budi Utomo menimbulkan bermacam reaksi dari kalangan orang-orang Belanda. Kelompok priyani yang sudah mapan menolak kehadiran Budi Utomo, sehingga para priyani atau para Bupati membentuk perkumpulan Regent Bond, Setia Mulia (1908) di Semarang. Perkumpulan ini muncul dengan bertujuan untuk mencegah cita-cita Budi Utomo yang dianggap mengganggu stabilitas kedudukan sosial mereka.

3) Perjuangan Budi Utomo

Terdapat dua prinsip perjuangan Budi Utomo, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip pertama diawali oleh golongan muda, dimana golongan muda cenderung menempuh jalan politik dalam menghadapi pemerintahan kolonial.

b. Prinsip kedua oleh golongan tua, dimana golongan tua menempuh perjuangannya dengan cara lama sosio-kultural

Ketika Perang Dunia I (1914), Budi Utomo turut memikirkan cara-cara mempertahankan Indonesia dari serangan luar. Budi Utomo mengajurkan milisi dalam Komite Pertahanan Hindia (Comite Indie Weebaar). Pada akhir perang dibentuk Dewan Rakyat (Vloksraad).

Pada dekade ketiga abad ke-20 kondisi sosial politik makin matang dan Budi Utomo mencari orientasi politik yang mantap dan massa yang lebih luas. Pada tahun 1935 organisasi ini bergabung dengan organiassi lain menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).

Budi Utomo bukan hanya terkenal sebagai organisasi nasional yang pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai salah satu organisasi yang terpanjang usianya sampai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

b. Sarekat Islam

1. Latar Belakang Berdirinya Sarekat Islam

Sarekat Islam pada awalnya adlah perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang diberi nama Sarekat Dagang Islam. Perkumpulan ini didirikan oleh Haji Samanhudi tahun 1911 di kota Solo.

Perkumpulan ini berkembang pesat, sehingga perkumpulan ini menjadi berarti dan berpengaruh. Semakin berkembang pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan mengubah nama perkumpulan menjadi Sarekat Islam.

Perubahan terjadi pada tahun 1912 yang mengandung isi dan jiwa serta berfokus pada agama Islam dengan segala manifestasinya.

Pendiri Sarekat Islam, Haji Samanhudi adalah seorang pengusaha batik dikampung Lawean (Solo).

Selanjutnya menurut A. P. E Korver (Univerteseit van Amsterdam) dalam bukunya Sarekat Islam : Gerakan Ratu Adil (1912-1916) mengatakan bahwa sudah sejak lama di Solo berdiri perkumpulan Cina-Jawa yang bernama Kong Sing dengan anggotanya adalah pengusaha-pengusaha Cina dan Jawa termasuk Haji Samanhudi. Pada tahun 1911, ketika Cina meletus Revolusi terjadilah sikap yang merenggangkan hubungan orang Cina dengan orang Jawa dan juga terjadinya keregangan hubungan sesama anggota Kong Sing. Akhirny, anggota Kong Sing Jawa mendirikan Rekso Rumekso yang kemudian menjadi SI.

2. Tujuan Sarekat Islam

Tujuan utama SI pada awal berdirinya adalah menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam Jawa. Tujuan utama Sarekat Islam untuk mengembangkan perekonomian, berkali-kali telah ditekankan oleh pemimpinnya yang terkemuka, yaitu Haji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS. Cokroaminoto). Ia adalah seorang orator yang cakap dan bijak, serta mampu memikat anggotanya. Dalam pidatonya pada rapat raksasa di Kebun Binatang Surabaya pada tangal 26 Januari 1913, ia menegaskan bahwa tujuan memperkuat ekonominya agar mampu bersaing dengan bangsa asing dan membebaskan ketergantungan ekonomi dari bangsa asing.

3. Perkembangan Sarekat Islam

Sarekat Islam dianggap membahayakan kedudukan pemerintahan Hindia Belanda, karena ia mampu memobilisasikan masa. Namun, Gubernur Jendral Idenburg (1906) tidak menolak kehadiran Sarekat Islam. Keanggotaan Sarekat Islam semakin luas. Orang-orang Belanda yang kebetulan beradai di Eropa mengejutkan bahwa Sarekat Islam identik dengan kesalahan idenburg. Kesalahan Idenburg berarti bahwa pemerintah Belanda akan kehilangan daerah jajahannya.

Pada kongres Sarekat Islam di Yogyakarta pada tahun 1914, HOS. Cokroaminoto terpilih sebagai ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk memisahkan dii dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.

Politik Kanalisasi Idenburg cukup berhasil, karena Central Sarekat Islam baru diberi pengakuan badan hukum pada bulan Mei 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhir masa jabatannya. Idenburg digantikan oleh Gubernur Jendral van Limburg Stirum (1616-1921). Gubernur jendral baru itu bersikap agak simpatik terhadap Sarekat Islam.

Dalam kongres tahunan Sarekat Islam yang diselenggarakan tahun 1916, H.O.S. Tjokroaminoto secara panjang lebar menguraikan perlunya pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia. Pada bulan Juni 1916 diadakan kongres yang dihadiri oleh Sarekat Islam lokal yang meliputi 360.000 orang anggota. Kongres ini merupakan Kongres Nasional Sarekat Islam Pertama.

Kongres Sarekat Islam kedua pada tahun 1917 yang diadakan di Jakarta. Tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah membentuk pemerintahan sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Volksraad. H.O.S. Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dlam Dewan Rakyat (Volksraad).

Pada Kongres Sarekat Islam Ketiga tahun 1978 di Surabaya, pengaruh Sarekat Islam semakin meluas. Kongres Sarekat Islam Keempat tahun 1919, Sarekat Islam memperhatikan gerakan buruh atau Sarekat Pekerrja karena hal ini dapat memperkuat kedudukan partai dalam menghadapi pemerintah kolonial. Kongres Sarekat Islam Kelima tahun 1921.

Dalam Kongres Luar Biasa Central Sarekat Islam yang diselenggarakan tahun 1921 dibicarakan masalah disiplin partai. Abdul Muis (Wakil Ketua CSI) yang menjadi pejabat ketua CSI menggantikan Tjokroaminoto yang masih berada dalam penjara, memimpin kongres tersebut. Golongan komunis yang diwakili oleh Semaun dan Darsono, dikeluarkan dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari Sarekat Islam, maka Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang berasaskan kebangsaan-keagamaan dibawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat Islam Merah yang berdasarkan komunis dibawah pimpinan Semaun yang berpusat di Semarang.

4. Perpecahan dalam Sarekat Islam

Pada Kongres Sarekat Islam ketujuh 1923 di Madiun diputuskan bahwa Central Sarekat Islam digantikan menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).

5. Garis Perjuangan Partai Sarekat Islam

Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan politik kerjasama dengan pemerintahan kolonial (kooperatif) kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan perumfakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik ebangsaan Indonesia (PPPKI).

Pada tahun 1927 nama partai Sarekat Islam ditambah dengan Indonesia untuk menunjukan perjuangan kebangsaan dan kemudian namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perubahan nama itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda. dr. Sukiman menyatakan keluar dari organisasi serta mendirikan Partai Islam Indonesia (PARI). Perpecahan ini melemahkan kedudukan Partai Sarekat Islam Indonesia. Partai Sarekat Islam Indonesia pecah menjadi PSSI Kartosuwiryo, PSSI Abikusno, Partai Sarekat Islam Indonesia dan PARI dr. Sukiman.

c. Indische Partij (IP)

1) Latar Belakang berdirinya Indische Partij

Keistimewaan Indische Partij adalah usianya yang pendek, tetapi anggaran dasarnya dijadikan program politik pertama di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Ernest Francois Douwes Dekker (alias Setyabudi) di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 dan merupakan organisasi campuran Indo dengan bumi putera. Douwes Dekker ingin melanjutkan Indische Bond, organisasi campuran Asia dan Eropa yang berdiri sejak tahun 1898. indische Partij, sebagai organisasi politik semakin bertambah kuat setelah bekerjasama dengan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Sruyaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketiga tokoh ini kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai”.

2) Perkembangan Indische Partij

E.F.E. Douwes Dekker berpendapat bahwa hanya melalui kesatuan aksi melawan kolonial, bangsa Indonesia dapat mengubah sistem yang berlaku, juga keadilan bagi sesama suku bangsa merupakan keharusan dalam pemerintahan. E.F.E. Douwes Dekker berpendapat, setiap gerakan politik haruslah menjadikan kemerdekaan yang merupakan tujuan akhir. pendapatnya itu disalurkan melalui majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Espres.

E.F.E Douwes Dekker banyak berhubungan dengan para pelajar STOVIA di Jakarta. Menurut Suwardi Suryaningrat, meskipun pendiri Indische Partij adalah orang Indo, tetapi tidak mengenal supermasi Indo atas Bumi Putera, bahkan ia menghendaki hilangnya golongan Indo dengan meleburkan diri dalam masyarakat bumi putera.

Suwardi Suryaningrat mendirikan Taman Siswa (1922) dan menentang Undang-Undang Sekolah Liar (1933). Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo meneruskan perjuangannya yang radikal, walaupun ia dibuang bersama E.F.E. Douwes Dekker ke Belanda tahun 1913. Pada tahun 1926 ia dibuang la dibuang lagi ke Banda dan sebelumnya dipenjarakan dua tahun di Bandung. Sebelum Jepang masuk ia dibebaskan dari penjara pada tahun 1943 ia meninggal dunia.

E. F. E. Douwes Dekker melakukan propaganda ke seluruh Jawa dari tanggal 15 September sampai dengan 3 Oktober 1912. Perjalanan itu ia pergunakan untuk melakukan rapat dengan golongan elit lokal seperti di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Semarang, Tegal, Pekalongan, dan Cirebon. E.F.E Douwes Dekker disambut hangat oleh pengrusu Budi Utomo di Yogyakarta.

Dari Anggaran Dasar Indische Partij dapat disimpulkan bahwa tujuannya adalah untuk membangun lapangan hidup dan menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan guna memajukan tanah air Hindia Belanda dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Indischer Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang menampung semua suku bangsa di Hindia Belanda untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Paham kebangsaan ini, setelah mengalami perjalanan panjang, diolah dalam Perhimpuan Indonesia (1924) dan Partai Nasional Indonesia.

Semangat jiwa dari dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat sangat besar berpengaruh bagi pemimpin pergerakan waktu itu, terlebih lagi Indischer Partij menunjukan garis politiknya secara jelas dan tegas serta menginginkan agar rakyat Indonesia dapat menjadi satu kesatuan penduduk yang multirasial.

Suwardi Suryaningrat, Tjipto Mangoenoesoemo, Douwes Dekker ingin menggagalkan niat Belanda dengan tulisan yang berjudul Alk ik een Nederlander was yang artinya “Andaikata aku seorang Belanda”.

Ketiga tokoh Indische Partij ditangkap pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. pada tahun 1914 Tjipto Mangoenkoesoemo dikembalikan ke Indonesia (karena sakit) sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker tetap terjun dalam bidang politik dan Suwardi Suryaningrat terjun ke dalam bidang pendidikan, selanjutnya dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.

d. Muhammadiyah

1) Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Gerakan pembaruan yang bersifat reformis dan modernisasi Islam juga mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan. Kemudian ia menjadi pendiri perkumpulan Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan memulai gerakan pembaruan dengan menginsyafkan beberapa orang keluarga dan teman sejawatnya yang terdekat di Yogyakarta (Kampung Kauman). Perkumpulan Perserikatan Muhammadiyah di Yogyakarta pada tanggal 18 Nopember 1912. Pengurus pertama dari Perserikatan Muhammadiyah (Muhammadiyah berarti pengikut Muhammad) terdiri dari K.H.A. Dahlan, Abdulah Sirad, H. Ahmad, H. Abdurachman, R.H. Sorkawi, H. Muhammad, R.H. Jallani, H. Anis, dan H.M. Fakih.

Tujuan pendirian Muhammadiyah adalah sebagai tanggapan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan oleh beberpa anggota Budi Utomo, misalnya Mas Raji, murid sekolah Kweekschool di Yogyakarta dan R. Sastra Suganda, guru sekolah Kweekschool. Di samping itu, K.H.A. Dahlan pada tahun 1909 menjadi anggota Budi Utomo dengan maksud agar dapat memberi pelajaran agama kepada para anggota Budi Utomo.

2) Perkembangan Muhammadiyah

Muhammadiyah berpendapat bahwa dasar agama Islam adalah Al-Qur’an dan Hadist yasng ditafsirkan secara mutakhir. K.H. Achmad Dahlan menolak sikap talkid (tunduk secara membuta) kepada pertanyaan dan tindakan orang lain. Juga mempunyai tujuan untuk dapat mengajarkan agama Islam diantara para anggotanya.

Pada mulanya KH. A. Dahlan sendiri menjalankan berbagai macam pekerjaan, seperti tabligh. Mengajar di sekolah Muhammadiyah, memimpin pengajian, dan mengumpulkan pakaian untuk diberikan kepada orang miskin.

Pada tanggal 20 Desember 1912, KH. A. Dahlan mengajukan surat permohonan badan hukum yang kemudian dikabulkan dengan keluarnya Surat Ketetapan (Goverment Besluit) No. 81 tanggal 22 Agustus 1914, yang hanya memberikan izin bagi Muhammadiyah untuk daerah Yogyakarta.

Setelah tahun 1917, daerah kegiatan Muhammadiyah mulai meluas keluar daerah Yogyakarta. Pada tahun 1917, Budi Utomo mengadakan kongresnya di Yogyakarta di rumah K.H.A. Dahlan. Dalam kongres itu, K.H.A. Dahlan mengadakan tabligh bagi pengikut kongres. Pada tahun 1920 ketika kegiatan Muhammadiyah diperluas ke seluruh Pula Jawa, dan pada tahun 1921 ke seluruh daerah Indonesia.

Pekerjaan K.H.A. Dahlan sebagai saudagar batik yang sering berkelana, memudahkan ia mencari kawan dan menyiarkan pahamnya.

Di Surabaya, seorang pedagang Minangabau yang bernama Fakih Hasyim telah mengadakan tabligh yang bersifat pembaruan, sehingga di Surabaya didirikan cabang Muhammadiyah atasan saran Haji Mansur.

Demikian juga dengan Al Munir dan Shirothol Mustawim di Makasar, Al Hidayah di Garut, Sidiq Amanat Tabligh Fatonah di Solo, dan Sendi Aman Tiang Selamat yang didirikan oleh Haji Rasul di Sumatera Barat. Semua perkumpulan lain itu meleburkan diri menjadi cabang dari Muhammadiyah.

KH. A. Dahlan mengajukan lagi permohonan izin kepada pemerintah untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di luar daerah Yogyakarta. Permohonan itu dikabulkan dengan Surat Keputusan Pemerintah No. 40 tanggal 16 Agustus 1920.

3) Pengaruh Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan

Antara tahun 1920-1925 Muhammadiyah giat mendirikan sekolah-sekolah karena bidang pendidikan dan pengajaran mendapatkan tempat yang istimewa di dalam Muhammadiyah. Pada tanggal 14 Juli 1923 didirikan suatu badan oleh Muhammadiyah dengan ketuanya adalah M. Ng. Joyosugito, yang kemdian menjadi gerakan Ahmadiyah Lahore.

KH. A. Dahlan, pada mulanya mendirikan sekolah rakyat di Kampung Katiman dan murid-muridnya terdiri dari laki-laki dan wanita. Pada waktu itu mulai diadakan pemisahan, murid-murid laki-laki bersekolah di Standard School Suronatan sedangkan murid-murid wanita bersekolah di Sekolah Rakyat Kauman. Sekolah Menengah yang pertama kali didirikan adalah perguruan Al Qismul Agro (pendiriannya adalah K.H. A. Dahlan tahun 1918).

Dengan demikian, peranan lembaga pendidikan dan organisasi Muhammadiyah sangat besar dalam menunjang perjuangan untuk mencapai kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Dan bahkan pada saat sekarang lembaga pendidikan Muhammadiyah sudah berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia.

e. Gerakan Pemuda

a. Organisasi Lokal dan Regional Pemuda

Pada bulan September 1914, Perkumpulan Pasundan didirikan di Jakarta yang bertujuan mempertinggi derajat kesopanan, kecerdasan, memperluas kesempatan kerja dan penghidupan masyarakat. Beberapa pemimpinnya adalah R. Kosasih Surakusumah, R. Otto Kusuma, dan Bupati Serang R.A.A. Jayadiningrat.

Orang-orang Ambon di Jawa mendirikan organisasi mereka pada tahun 1908. dr. Tehupeirot memberikan beasiswa untuk anak-anak Ambon Di Semarang, A. J. Patty mendirikan Sarekat Ambon yang radikal dan ingin memperjuangkan pemerintahan berparlemen. Kedudukan organisasinya dipindah ke Surabaya karena pada tanggal 9 Mei 1920 Patty dibuang ke Bangka. Di Jakarta aksi yang lebih radikal dibawakan oleh Thupeiri dengan mendirikan Molukus Plitiek Verbond pada tahun 1929 yang minta pemerintahan sendiri meskipun masih bergabung dengan Kerajaan Belanda.

Persatuan Minahasa dibawah pimpinan dr. Tumbelaka dan dr. G.S.S Ratulangi didirikan di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1927. sebagaimana lazimnya ada pihak yang berselisih pendapat yang kemudian mendirikan Sarekat Celebes pada tahun 1930. Di Semarang didirikan Rukun Minahasa pada tahun 1912. Organisasi ini diketuai oleh J.H. Pangemanan yang banyak mendapat pengaruh ISDV dan hendak bekerja sama dengan pemerintah.

Untuk mengimbangi Timors Verbond yang didirikan di Makasar pada tahun 1921 yang bersikap kiri, lahirlah Perserikatan Timor.

Sarekat Madura didirikan di Surabaya pada tahun 1920 dan ada juga Sarekat Madura yang didirikan pada tahun 1925 dibawah Zainal.

Sarekat Sumatera dibawah pimpinan Sutan Mohamad Zain menolak komunisme dan menentang pemerintah kolonial. Baru pada tahun 1927, organisasi ini mulai aktif untuk memikirkan perwakilan rakyat yang demokratis dan peningkatan kesejahteraan rakyat Sumatera. Cabang-cabang Sarekat Sumatera ada di Jakarta, Bandung, Sukabumi, Surabaya dan kemudian organisasi ini bergabung dengan PPPKI. Pada tahun 1930 Sarekat Sumatera menolak campur tangan polisi yang terlalu keras dengan mengadakan penyelidikan di rumah-rumah pemimpin.

f. Organisasi Pemuda dan Kepanduan

1) Munculnya Gerakan Pemuda

Sejak berdirinya organisasi pergerakan pemuda maka mulailah terpikirkan adanya regenerasi pimpinan, baik untuk pimpinan laki-laki maupun wanita. Timbulnya pergerakan pemuda jelas menunjukan kaderisasi pimpinan yang sewaktu-waktu dibutuhkan sehingga tidak terjadi kekosongan pimpinan dan organisasi dapat berjalan terus sebagai organisasi bawahan dari induknya dapat dipastikan organisasi itu mengikuti ideologi induknya. Ciri lain yang dapat disebutkan adalah adanya ciri regionalisme yang dibawa oleh organisasi itu sebagai perkumpulan kedaerahan yang kemudian terjun ke lapangan sosial politik.

2) Perkembangan Gerakan Muda

Perkembangan perkumpulan pemuda mengikuti jejak organisasi politik yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo, yang berdiri atas petunjuk Budi Utomo pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta oleh dr. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, Sunardi, dan beberapa orang pemuda lainnya. Pada tahun 1918, organisasi ini berubah menjadi Jong Java dengan orientasinya lebih luas serta mencakup Jawa Raya, milisi dan pergerakan rakyat pada umumnya.

Pada tahun 1926 dalam kongres Jong Java di Solo secara nyata dalam anggaran dasarnya disebutkan ingin menghidupkan rasa persatuan dengan seluruh bangsa Indonesia. Kerjasama ini menghidupkan rasa persatuan dengan seluruh bangsa Indonesia, kerjasama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk keindonesiaan. Tahun 1928 terjadilah fusi dengan PPI. Pad atahun 1929 Jong Java dibubarkan dan diganti dengan Indonesia Muda yang bertujuan menempuh orientasi nasionalisme yang sebenarnya.

Pada tahun 1927 berdiri sebuah organisasi pemuda dan berjuang menuju persatuan Indonesia. Pada tanggal 9 Desember 1927 di Jakarta berdiri organisasi murid-murid dari Sumatera yang bernama Jong Sumatera Bond dengan tujuan memperkokoh ikatan sesama murid Sumatera dan sekaligus mengembangkan kebudayaan Sumatera. Pengurusnya antara lain Moh. Yamin. Selanjutnya disusul Jong Minahasa dan Jong Celebes.

Perpaduan beberapa organisasi dipandang sebagai kekuatan besar dalam menentukan setiap langkah politik dan hal ini telah direalisasikan oleh M. Tabrani dalam Kongres Pemuda di Jakarta pada bulan Mei 1926. Pada tanggal 26 – 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda II yang memadukan semua organisasi pemuda menjadi satu kekuatan nasional.

Diantara anggota Jong Java yang mempunyai prinsip keislaman yang kuat keluar dari Jong Java. Mereka mendirikan Jong Islamieten Bond dengan tujuan memajukan pengetahuan Islam, hidup secara Islam dan persatuan Islam serta anggotanya terbuka bagi semua orang Islam di Indonesia. Kongres yang diselenggarakan tahun 1925 – 1927 dibahas mengenai agama Islam. Kedudukan wanita, kebangsaan berdasarkan Islam dan lain-lain.

3) Lahirnya Organisasi Kepanduan

Sejalan pula dengan gerakan pemuda, organisasi kepanduan mengikuti jejak gerakan nasional yang sedang berkembang. Semula, kepanduan dimaksudkan hanya untuk menampung kegiatan olahraga di sekolah masing-masing dan bahkan yang pertama didirikan adalah Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) di Solo tahun 1916 atas prakarsa SP Mangkunegoro VII. Di kalangan anak-anak Eriopa didirikan Neda Indische Padvinders Vereeninging (NIPV) yang berdiri tahun 1917.

Setelah tahun 1920, organisasi kepanduan mengalami perkembangan yang berarti dan mengikuti perkembangan perjalanan nasionalisme Indonesia.

Setelah Javaanshe Padvinders Organisatie, kemudian berdiri Sarekat Islam Afdeling Pandu (SIAP), Hizbul Wathon (HW), Nationale Islamitische Padvinderij (NATIPY), Indonesische Padvinders Organisatie (INPO) dibawah Pemuda Indonesia dan Pandu Pemuda Sumatera (PPS).

Organisasi kepanduan juga merupakan pelengkap organisasi politik dan organisasi pemuda. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan kalau kemudian muncul Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI).

Pada tahun 1938 didirikan Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) yang didalamnya tergabung seluruh organisasi-organisasi kepanduan. Badan itu bermaksud menggalang persatuan dan mengurangi kesalahpahaman dengan menyelengarakan perkemahan bersama pada bulan Februari 1941.

g. Partai Komunis Indonesia

1) Latar Belakang Munculnya Partai Komunis Indonesia (PKI)

Dalam kongres nasional Sarekat Islam sudah dibicarakan masalah penggabungan prinsip-prinsip Islam dan sosialisme. Sosialisme dipandang sebagai lambang kemodernan yang berlawanan dengan imperialisme. Gerakan Islam modern akan membawa keadilan, kemakmuran, dan kemerdekaan bangsa terjajah. Mereka mendirikan Indische Sosiaal Democratische Vereeniging (ISDV) yaitu Perhimpunan Sosial Masyarakat Hindia. Pendiri organisasi ini adalah orang Belanda, diantaranya Sneevliet, Brandsteder, sedangkan dari pihak Indonesia adalah Semaun (saat itu menjabat sebagai Ketua SI cabang Semarang.

Sneevliet harus berupaya mendapatkan tokoh yang berpengaruh pada perkumpulan-perkumpulan orang Indonesia yang berwibawa di mata masyarakat. Usaha ini dilakukan agar ia dapat meneruskan ajaran-ajaran yang dibawanya kepada massa. Di samping itu, anggota yang muda dan radikal juga dapat bergabung dengan ISDV tanpa harus meninggalkan SI. Pengikut ISDB ini pada tahun 1917 membentuk sebuah fraksi dalam SI, sehingga hal ini sangat mengkhawatirkan pimpinan SI.

2) Perkembangan PKI

Revolusi Rusia tahun 1917 mendorong pergerakan Indonesia waktu itu semakin radikal dan sebagai bukti bahwa pemogokan yang terjadi setelah tahun 1922 dikendalikan oleh kaum komunis.

Radikalisme kaum komunis menyebabkan pemerintah mengusir orang-orang Belanda pendiri ISDV dari Indonesia. Pada bulan Mei 1920 organisasi ini diganti namanya menjadi Perserikatan Komunis Hindia dan pada tahun 1924 diubah menjadi Partai Komunis Indonesia. Pada tahun 1920 PKI bergabung dengan Comintern (Communist International) yang merupakan forum dan pusat efektif bagi partai-partai komunis seluruh dunia.

PKI mendapat kekuatan di kalangan buruh. Pada tahun 1923 buruh kereta api tergabung dalam Vereeninging voor Spoor en Tramweg Personeel (VSTP) mendesak dilancarkannya pemogokan untuk menuntut kenaikan upah. Ternyata pemogokan gagal dan pemimpinnya dibuang. Mulai tahun 1924, PKI menyebarkan pengaruhnya ke pedesaan Jawa dan ke luar Jawa, dan sejak itu partai menyiapkan untuk mengadakan revolusi.

Rupanya terdapat unsur Islam yang kuat dalam proses agitasi meskipun ada pertikaian antara SI dan PKI. H. Mischbah di Jawa Tengah dan H. Datuk Batuah di Sumatera Barat mencoba menggabungkan dua ajaran dan berakibat pemberontakan dua daerah yang kuat Islamnya yaitu di Banten pad atahun 1926 dan Minangkabau awal tahun 1927.

3) PKI sebagai Partai Terlarang

PKI tidak berhasil dalam proses perebutan kekuasaan. Oleh karena itu, pemerintah melakukan penindasan secara besar-besaran.

Dapat disebutkan di sini bahwa ada sekitar 13.000 orang yang ditangkap pemerintah 4.500 orang diantaranya dihukum, dan 1.300 orang dibuang ke Digul. PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka melakukan kegiatan politiknya. Pemimpin PKI di luar Indonesia mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI). Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk mendukung aksi revolusioner di Indonesia.

h. Taman Siswa

1) Latar Belakang Berdirinya Taman Siswa

Pada tahun 1922 lahirlah Perguruan Taman Siswa yang dipimpin oleh Suwardi Suryaningrat, seorang kerabat Istana Pakualam. Ia adalah salah satu seorang dari “Tiga Serangkai” bersama Douwes Dekker dan dr. Tjipto Mangunkusumo yang memainkan peranan penting dalam perkara Comite Boemi Putra pada tahun 1913. Oleh karena itu, ia menuliskan karangan “Als ik een Nederlans was”. Sebuah karangan yang mengeritik secara tajam pemerintahan kolonial.

Berbeda dengan Budi Utomo, Taman Siswa yang lahir empat belas tahun kemudian merupakan organisasi yang bertujuan mengembangkan edukasi dan kultural, yang direalisasikan dengan baik. Berdirinya sekolah-sekolah di lingkungan Taman Siswa adalah bukti dari edukasi nasional dan pengembangan kebudayaan nasional adalah kreasi Taman Siswa.

Satu hal yang menarik dari Taman Siswa adalah pelaksanaannya demokrasi dan kepemimpinan.

2) Perkembangan Taman Siswa

Taman Siswa mengetahui dengan jelas bahwa pendidikan nasional merupakan alat untuk membuat persemaian golongan nasionalisme. Melalui pendidikan yang berjenjang di lingkungan Taman Siswa itu dihasilkan elit kultural yang akan berperan besar dalam pergerakan nasional.

Pemerintah kolonial berusaha mencegahnya dengan mengeluarkan Undang-undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie) pada tahun 1932. Namun, karena Taman Siswa mempunyai prinsip pengembangan pendidikan swasta berarti undang-undang itu mempunyai prinsip pengembangan pendidikan swasta pada umumnya. Karena Taman Siswa memperjuangkan penghapusannya dan ternyata pemerintah mencabutnya pada tahun 1933. Taman Siswa dan Ki Hajar Dewantara berdiri di pusat pergerakan nasional Indonesia karena situasi pergerakan nasional pada waktu itu sedang menghadapi kesulitan, artinya periode itu merupakan periode pasif karena “dinonaktifkannya” para pemimpin pergerakan oleh pemerintah. Dalam situasi semacam itu Taman Siswa muncul dalam bentuk perjuangan lembaga tandingan.

Bagi elit baru pembentukan counter institution merupakan suatu keharusan, karena tanpa membentuk lembaga tandingan niscaya pemerintah tidak mau memberikan hak-hak kepada orang Indonesia dengan tulus ikhlas. Taman Siswa telah mulai membentuk lembaga pendidikan nasional yang dominan

i. Partai Nasional Indonesia (PNI)

1) Latar Belakang Berdirinya PNI

Lahirnya PNI dilatarbelakangi oleh situasi sosio-politik yang kompleks dan mau tidak mau organisasi ini harus dapat menyesuaikan diri dengan orientasi baru. Pemberontakan PKI tahun 1926 membangkitkan semangat baru untuk menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah. Mereka berkesimpulan bahwa penggunaan kekerasan tidak akan membawa hasil, seperti PKI yang akhirnya dibubarkan dan pemimpinnya dibuang ke Boven Digul.

Setelah kegagalan pemberontakan PKI, Sujadi wakil Perhimpunan Indonesia di Indonesia dengan cepat memberitahu kepada Moh. Hatta. Bersama-sama dengan Iskaq dan Budiarto, ia bergerak membentuk partai baru sesuai dengan rencana PI. Pada awal tahun 1927 terbentuk partai baru yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan oleh Ir. Soekarno sebagai wakil dari kelompok-kelompok nasionalis Indonesia.

Moh. Hatta tetap menekankan peran pendidikan pada PNI, karena melalui pendidikan itulah rakyat disiapkan untuk mencapai kemerdekaan secara pelan-pelan. Pada tanggal 4 Juli 1927 kelompok nasionalis mengadakan pertemuan di Bandung. Pertemuan ini bertujuan untuk mendukung berdirinya Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia Merdeka, sedangkan tiga asasnya yakni berdiri di atas kaki sendiri, non kooperasi, dan Marhaenisme.

2) Perkembangan PNI

PNI berkembang dengan pesat. Terlebih lagi disertai dengan propaganda-propaganda yang bertema antara lain : karakter yang buruk dari penjajah, konflik pengusaha dengan petani, front sawo matang, melawan front putih, menghilangkan ketergantungan dan menegakkan kemandirian, dan perlu pembentukan negara dalam negara.

Dewan Rakyat (15 Mei 1928) memandang perlu memberi peringatan kepada pemimpin PNI. Akan tetapi, para pemimpin PNI tidak menghiraukan peringatan itu. Pada bulan Juli 1929, pemerintah memberikan peringatan kedua dan pada akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi, bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan pada awal tahun 1930. Pada tanggal 24 Desember 1929, Ir. Soekarno ditangkap sepulang dari menghadiri Kongres PPKI di Surabaya (pada waktu itu, ia masih ada di Yogyakarta). Perkara Ir. Soekarno dan kawan-kawannya baru sembilan bulan kemudian diajukan ke Pengadilan Landraad Bandung.

Pada tanggal 22 Desember 1930 hakim memberi hukuman Ir. Soekarno 4 tahun penjara, Gatot Mangkupraja 2 tahun, Maksud 1 tahun 8 bulan dan Supriadinata 1 tahun 3 bulan.

Pengadilan menjatuhkan hukuman kepada pemimpin PNI berdasarkan pasal 153 dan 169 KUHP.

3) Pembubaran PNI

Hukuman terhadap pimpinan PNI juga mengandung pengertian bahwa barang siapa yang melakukan tindakan, seperti para pemimpin PNI dapat dituduh melakukan kejahatan dan dapat dihukum, sehingga anggota-anggota yang meneruskan jejak dan langkah-langkah PNI ada dalam bahaya. Oleh karena itu , atas pertimbangan-pertimbangan untuk keselamatannya maka pengurus besar PNI memutuskan pembubaran PNI (1931).

Sartono segera menyelenggarakan kongres luar biasa untuk membahas pembubaran PNI dan membahas pendirian partai baru. Partai baru itu adalah partai sekuler dan non-kooperatif. Partai itu bernama Partai Indonesia atau Partindo dan Sartono dipercaya sebagia pemimpin partai. Partindo tidak dapat menyamai masa kejayaan PNI, ia lebih menekankan swadaya, kooperasi, dan swadesi. Swadesi buan hanya salah satu cara untuk menyokong industri dalam negeri, tetapi juga merupaan upaya mengembalikan semagnat kebangsaan.

Partindo aktif menyelenggarakan pertemuan-pertemuan untuk mendukung tercapainya kooperasi dan untuk mendukung swadesi bagi seluruh rakyat serta mencari dukungan di lingkungan buruh. Pemimpin Partindo masih menantikan pembebasan Ir. Soekarno, karena ia dianggap mampu membangkitkan daya juang dan emosi yang dibutuhkan untuk memperkuat militansi anggotanya, pada tahun 1937 anggotanya hanya berjumlah 3.000 orang dan sangat sedikit jika dibandingkan dengan anggota PNI yang berjumlah 10.000 orang pada tahun 1929.

Moh. Hatta akhirnya membentuk partai baru, yakni Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Pendidikan.

j. Partai Indonesia (Partindo)

1) Latar Belakang Berdirinya Partindo

Adanya permohonan naik banding yang diumumkan oleh Dewan Hakim tanggal 17 April 1931 berarti PNI membubarkan diri walaupun pemerintah secara tidak langsung menyatakan bahwa PNI sebagai partai terlarang dan membubarkannya tetapi jelas bahwa ia akan menghadapi kesulitan bagi eksistensinya. Pada tanggal 1 Mei 1931 diumumkan pendirian Partindo merupakan kelanjutan dari PNI yang telah dibubarkan dan Sartono mengharapkan agar anggota PNI masuk kembali dalam Partindo.

2) Tujuan Partindo

Tujuan Partindo adalah untuk mencapai satu Negara Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai jika ada persatuan seluruh bangsa Indonesia.

Partindo menyelenggarakan kongresnya pada tanggal 15 – 17 Mei 1932 di Jakarta. Ir. Soekarno belum menjadi anggota partai, tetapi dia memberikan pidato singkat di dalam kongres dan muncul slogan-slogan seperti “Indonesia Merdeka Sekarang”, “Imperialisme”, “Menentang Kebangsaan”, “Asas-asas Partai Indonesi Menentukan Nasib Sendiri”, “Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Kebangsaan”.

3) Perkembangan Partindo

Setelah Ir. Soekarno masuk partai Partindo, ia kemudian menjadi Ketua Cabang Bandung. Pada waktu ia memimpin cabang Bandung, anggotanya baru mencapai 226 orang (Agustus 1932), tetapi pada bulan Juni 1933 anggotanya telah mencapai 3.762 orang.

Pada kongres Partindo bulan Juli 1933, Ir. Soekarno memperjelas konsep Marhaenisme. Pada dasarnya Marhaenisme menolak analisa kelas dari PNI Pendidikan dan lebih menyukai perjuangan membela rakyat kecil serta menekankan kebahagiaan, kesejahteraan, dan keadilan sosial untuk Marhaen atau rakyat kecil yang berjumlah hampir 95 persen.

Pada tahun 1933 dikeluarkan larangan bagi pegawai negeri untuk menjadi anggota Partindo. Hak bersidang makin dipersempit, maka atas tindakan pemerintah itu Partindo hanya dapat membela diri melalui tulisannya dalam surat kabar. Dalam sebuah tulisan Sartono menyampaikan :

“.......... selama pena kita masih berpucuk, kita akan tetap mendengungkan suara kita dan akan menentang segala hasutan yang ditujukan kepada pergerakan kemerdekaan nasional. Kita harus mempersatukan jiwanya maupun kekuatannya”

4) Berakhirnya Partindo

Partindo yang akan mnyelenggarakan kongresnya tanggal 30 – 31 Desember 1934, dengan cepat dilarang pemerintah. Untuk mengendorkan tekanan dari pemerintah terhadap Partindo organisasi itu keluar dari PPKI, tetapi ternyata pemerintah masih bertindak keras. Dari dalam sendiri, Partindo merasa terpukul dengan keluarnya Ir. Soekarno (Oktober 1933). Namun Partindo berjalan terus sampai sampai tidak dapat bergerak. Partindo membubarkan diri pada tanggal 18 November 1936.

k. Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan)

1) Latar Belakang Berdirinya PNI Pendidikan

Dasar lahirnya PNI Pendidikan adalah usaha untuk menghilangkan ketidakpuasan atas pembubaran PNI dan menghimpun diri dalam kelompok golongan merdeka di kota-kota besar di Jawa dan Sumatera. Kelompok ini menyebut dirinya klub pendidikan nasional yang menekankan pada pembinaan anggota-anggotanya yang terdidik baik dalam kesadaran politik tinggi.

Ketika diadakan konferensi di Yogyakarta kpada tangal 15 – 27 Agustus 1932 dibawah pimpinan Sukemi dibentuklah partai baru yaitu PNI Pendidikan pada bulan Agustus 1932, Moh Hatta pulang ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikannya di Negeri Belanda.

2) Perkembangan PNI Pendidikan

Ketika Moh. Hatta memegang pimpinan PNI Pendidikan jumlah anggotanya meningkat terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Orang sering menyebut Partindo adalah partinya Soekarno dan PNI Pendidikan adalah partainya Hata dan Syahrir.

Pada tahun 1934 Partindo, PNI Pendidikan, PSII mendapat puulan berat dari pemerintah.

3) Penangkapan dan Pembuangan Pemimpin PNI Pendidikan

Ir. Soekarno sebagai pemimpin Partindo telah dibuang ke Flores yang disusul dengan pembuangan pemimpin PNI Pendidikan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir.

Menghadapi tindakan pemerintah, Moh. Hatta menolak untuk membubarkan PNI Pendidikan. Walaupun demikian, pemimpin PNI Pendidikan terus bergerak dna melakukan konsolidasi kedua partai. Namun tokoh-tokoh partai itupun ditindak juga.

Akhirnya gerakan pemurnian berhasil menahan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir. Namun Gobee, penasehat urusan Bumi Putera menyatakan tidak setuju terhadap penahanan kedua pemimpin itu, sebab ia khawatir kalau organisasi yang dipegang oleh pemimpin yang radikal akan dapat membahayakan pemerintah. Sebaliknya, Jaksa Agung menindak setiap pemimpin yang melakukan kegiatan politik. PNI Pendidikan dilarang dan pemimpinnya Moh. Hatta dan Sutan Syahrir masih ada yaitu Maskun, Burhanuddin, Bondan, dan Murwoto dibuang ke Boven Digul. Jonge mengakui bahwa penahanan itu dimaksudkan agar Hindia Belanda terhindar dari infeksi kaum nasionalis revolusioner sehingga tercipta ketenangan.

l. Gerakan Wanita

Raden Ajeng (RA) Kartini, pelopor gerakan emansipasi, menyerukan agar wanita Indonesia diberikan karena mereka juga memikul tugas suci. Buah pikiran Kartini untuk memajukan wanita Indonesia tertuang dalam kumpulan surat-suratnya “Habis gelap terbitlah terang”. Surat-surat itu ditulis sekitar tahun 1899 yang berisikan kehidupan keluarga adat istiadat, keterbelakangan wanita, cita-cita terhadap kebahagiaan bangsanya, dan lain-lain.

Kunci gerakan emansipasi yang dipelopori oleh Kartini adalah idealismenya yang tinggi dan suci pada bangsanya. Kaum wanita, selain mendapat pelajaran untuk mengasah intelegensi, tetapi juga untuk membangun sopan santun dan kesusilaan. Jadi, kunci kemajuan Indonesia adalah kombinasi pendidikan Barat dan kebudayaan Timur.

1) Latar Belakang Munculnya Gerakan Wanita

Pada mulanya pergerakan wanita masih merupakan usaha dari beberapa orang perempuan dan belum dibentuk dalam suatu perkumpulan. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 pada dasarnya masih terbatas sifat dan tujuannya, yaitu menuju perbaikan kecakapan sebagai ibu rumah tangga. Tujuan yang sifatnya sosial kemasyarakatan kebangsaan belum dikemukakan.

Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo di Jakarta (1912). Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan memberikan penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka dan tegak dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas. Perkumpulan Keutamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, 1916 di Cianjur, 1917 di Ciamis dan tahun 1918 di Cicurug. Pengajar yang terkemuka dari Perkumpulan Kautamaan Istri di tanah Pasundan adalah Raden Dewi Sartika. Sekolah Kartini juga didirikan di Jakarta tahun 1913, lalu berturut-turut di Madiun tahun 1914, Malang dan Cirebon tahun 1916, di Pekalongan tahun 1917, di Indramayu, Surabaya, dan Rembang tahun 1918. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang bersifat agama Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah.

2) Perkembangan Gerakan Wanita

Pada tahun 1920 mulai muncul perkumpulan wanita yang bersifat kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang lebih luas daripada perkumpulan wanita sebelumnya. Di Minahasa didirikan De Gorontalosche Mohammedaansche Vrouwen Vereeninging, sedang di Yogyakarta didirikan perkumpulan Wanito Utomo yang mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah perbaikan kedudukan perempuan pada umumnya. Kongres Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta (1928).

3) Kongres Perempuan Indonesia I

Kongres Perempuan Indonesia dihadiri oleh berbagai wakil-wakil organisasi wanita. Diantaranya adalah Ny. Sukanto (Wanito Utomo), Nyi Hajar Dewantara (Taman Siswa bagian wanita), dan Nona Suyatin (Pemuda Indonesia bagian keputrian). Perkumpulan yang mengikuti kongres antara lain Wanito Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Muhammadiyah dan SI bagian wanita, Jong Islameiten Bond dan Jong Java bagian wanita, dan Wanita Taman Siswa.

Tujuan kongres adalah untuk mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia serta mengadakan gabungan atau perikatan di antara perkumpulan wanita tersebut.

Tujuan perkumpulan antara lain memberikan penerangan dan perantaraan kepada perkumpulan yang menjadi anggotanya, memberikan “dana belajar” kepada anak perempuan yang pandai, mengadakan kursus kesehatan, menentang perkawinan anak-anak, dan memajukan kepanduan bagi anak-anak perempuan.

Dalam kongres pada tanggal 28-31 Desember 1929 di Jakarta, nama Perikatan Perempuan Indonesia diubah menjadi Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Tujuannya lebih jelas dan memperlihatkan sifat federasi dari badan tersebut. Kemudian perserikatan membantu dana belajar yang bernama Sri Derma serta misinya yang diajukan kepada pemerintah untuk melarang pergundikan.

Dalam Kongres PPII di Surabaya pada tahun 1930, ditetapkan bahwa asas perkumpulan itu yaitu : kebangsaan, persamaan, penghargaan hal di antara laki-laki dan perempuan, kesosialan.

Dalam Kongres PPII di Solo tahun 1931 yang dipimpin oleh Ny. Mustajab, semangat kebangsaan menjelma di dalam usaha untuk mengadakan fusi di antara perkumpulan anggota PPII yang bersamaan asas.

Dalam Kongres PPII yang keempat di Yogyakarta pada tahun 1932 yang dipimpin oleh Ny. Suwandi, enam perkumpulan anggota PPII telah mengadakan fusi dengan nama Istri Indonesia yang diketuai oleh Ny. Sh. Suparta.

Pada tanggal 22 Maret 1929 di Bandung berdiri Perkumpulan Istri Sedar yang dipimpin oleh Nona Suwarni Jayaseputra (kemudian Ny. Suwarni Pringgodigdo). Perkumpulan Istri Sedar berasal dari para anggota Puteri Indonesia, yaitu organisasi wanita bagian dari Pemuda Indonesia yang tidak menyetujui fusi Pemuda Indonesia ke Perkumpulan Indonesia Muda. Tujuan perkumpulan itu adalah menuju kesadaran wanita Indonesia dan derajat hidup Indonesia, melepaskan dan menyempurnakan Indonesia Merdeka. Perkumpulan itu bersifat netral terhadap agama serta terbuka baik bagi wanita terpelajar maupun wanita dari rakyat biasa, mesikpun ditetapkan juga bahwa sebagai organisasi, tidak akan terjun secara langsung ke dalam lapangan politik.

Pada bulan Januari 1931, perkumpulan itu mengutus Nona Sunaryati Sukemi dan Ny. Rukmini Santoso untuk menghadiri Kongres Perempuan se-Asia di Lahore. Untuk pertama kalinya pergerakan Wanita Indonesia dapat berhubungan dengan Pergerakan Wanita Internasional.



Read More......

CARA MENGGAPAI KESUKSESAN DAN BERFIKIR MENJADI SUKSES

Kesuksesan merupakan suatu hal yang di harapkan oleh setiap orang. Kesuksesan merupakan hasil dari mampu atau tidaknya dalam menghadapi segala hal. Tentu tidak mudah dalam menghadapi sebuah kata sukses, tapi perlu dilakukan cara-cara atau kiat-kiat terrtentu. Untuk itu, yang jadi permasalahan sekarang adalah bagaimana cara seseorang menggapai kesuksesan?

Maka hal itulah yang melatar belakangi pembuatan karya tulis ini. Di samping itu, dengan pembuatan karya tulis yang berjudul “Cara Menggapai Kesuksesan dan Berpikir Menjadi Sukses” juga bertujuan agar penulis dapat mengetahui bahwa berpikir dan menjadi sukses mempunyai satu tujuan penting yaitu untuk membantu kita tanpa mempedulikan umur, jenis kelamin, pendidikan, keluarga, latar belakang dan kesehatan kita, untuk membuat peralihan dari tempat kita berada sekarang ke tempat yang kita inginkan.

Kebanyakan dari orang yang sukses secara keuangan pada zaman sekarang menyukai kerja keras menempatkan penekanan puncak pada keluarga dan mereka sangat dihormati. Kerendahan hati merupakan ciri khas orang yang baru mendapatkan kekayaan. Kekayaan dibuat dalam pikiran manusia, pikiran kita merupakan komputer pribadi yang bagus sekali. Dan kita adalah pemrogramnya, kita memerintahkan kepada komputer pikiran kita untuk memilih kesempatan kerja yang tepat, dan memilih teman hidup yang tepat. Kita bisa memprogram pikiran kita untuk berurusan secara efektif dengan orang lain, memberlakuan pengaruh dan memperoleh kekayaan.

Kesuksesan adalah suatu hal yang diinginkan oleh setiap individu. Namun, masih banyak kendala dalam menggapai kesuksesan, seperti halnya anak-anak yang putus sekolah, sehingga mereka sulit untuk menggapai kesuksesan. Karena salah satu penopang untuk mendapatkan kesuksesan adalah dibutuhkannya pendidikan. Tetapi, tidak menutup kemungkinan orang yang berpendidikan pun dengan mudah mendapatkan kesuksesan tanpa disertai dengan kerja keras.

2.1. Hidup Sukses Dimulai dengan Impian

Orang yang sukses tidak melihat kepada keluarganya, pekerjaannya, kesehatannya atau nilai bersihnya seperti apa adanya. Mereka melompat ke depan kelompok orang banyak dan melakukan satu hal yang sederhana tetapi sangat besar. Mereka melihat kepada kehidupan sebagaimana yang semestinya, bukan seperti adanya. Mereka memandang kehidupan sebagaimana mestinya setelah diterapkannya upaya “saya akan menang” yang gigih dan cerdik.

Sukses, kekayaan dan kebahagiaan tidak datang dari kemujuran. Semua pencapaian berasal dari impian yang diubah oleh orang yang berani menjadi kenyataan. Orang yang sukses adalah individu yang mengubah impiannya menjadi jasa dan produk yang diinginkan orang lain.

Mengembangkan sebuah impian menjadi sukses sama seperti memelihara sebidang kebun tujuh langkah untuk mengembangkan sebuah impian yaitu :

§ Binalah citra yang besar dan kuat tentang bisa menjadi apa kita, apa yang bisa kita capai dan apa yang bisa kita miliki. Sukses adalah impian yang diikuti dengan tindakan

§ Pikirkanlah kehidupan sebagai sebidang kebun kita menumbuhkan benih yang kita tanam

§ Satu benih selalu menghasilkan jenisnya tanyakan “Benih apa yang ingin kita tumbuhkan?” dan “Apa keuntungan yang bakal kita raih dari impian kita?”

§ Persiapkan pikiran untuk menerima gagasan besar. Cuci bersihkanlah semua debu, minyak dan lemak. Sesuaikanlah otak untuk menerima pemikiran besar

§ Tanamkanlah sebuah impian besar. Harta kekayaan hanyalah sebuah gagasan yang diikuti dengan tindakan. Jangan menunggu sampai keadaan sempurna

§ Pupuklah benih impian dengan imajinasi, dorongan dan gagasan. Biarkan orang yang berpikiran sukses membantu kita

§ Pusatkan energi kita dengan tekad saya mau! Kita akan berhasil bukan hanya berusaha untuk menjadi pemenang. Gunakanlah waktu agar bermanfaat bagi kita. Investasikan waktu untuk membina sebuah karir. Gunakanlah waktu untuk menciptakan kekayaan

2.2. Cara Membina Keyakinan untuk Sukses

Rahasia menuju sukses adalah tidak menghindari kekalahan, sebaliknya sukses berkembang melalui kekalahan. Bagaimana kita memilih untuk memandang kerugian, kekalahan dan kesalahan akhirnya menentukan siapa yang sukses dan siapa yang hidup dalam tingkat yang rendah.

Sebuah kunci menuju sukses dan peroleh kepercayaan diri didapat dengan belajar dari pengalaman. Untuk mendapatkan kepercayaan diri yang mendalam. Terapkanlah konsep-konsep sebagai berikut :

§ Ketahuilah akar rasa takut dan pemikiran yang keliru pengaturannya

§ Lakukan apa yang kita takutkan dan rasa takut akan lenyap

§ Binalah kepercayaan diri dengan persiapan

§ Sadaplah pikiran kita untuk mendapatkan memori kekalahan, ingat hanya kita yang bisa mengontrol pemikiran kita

§ Kalau kita ingin melakukan apa yang bermoral dan tidak melanggar hukum, maka lakukanlah!

§ Kembangkan penampilan yang penuh rasa percaya diri. Kemaslah diri kita sedemikian rupa sehingga orang lain tertarik kepada kita

§ Beri mata kita kekuatan dari jenis yang tepat dengna memikirkan al-hal yang baik dan positif

§ Kerugian adalah sebuah pelajaran. Pelajarilah itu dan teruslah menuju sukses yang lebih besar.

Dalam membina keyakinan untuk sukses diperlukan pengorbanan dalam diri kita yaitu melepaskan sesuatu yang berharga. Uang, waktu, ataupun tenaga untuk mendapatkan sesuatu yang bahkan lebih berharga, uang yang lebih banyak, standar kehidupan yang lebih tinggi dan pendidikan yang lebih baik lagi. Jadi pengorbanan adalah investasi. Kita melepaskan sesuatu yang hari ini supaya kita bisa memiliki sesuatu yang lebih banyak besok pagi.

2.3. Teknik Sukses Untuk Memotivasi Orang Melakukan Apa yang Kita Inginkan

Sukses dalam ukuran yang sepadan dengan sebaik apa kita memotivasi orang lain. Apa yang diperoleh dalam bentuk uang. Pengaruh dan kekuasaan tergantung pada apa yang kita buat agar dilakukan orang lain. Kesuksesan tergantung pada keahlian kita untuk memberikan motivasi, kita memerlukan pengetahuan motivasional untuk membuat kita dalam melakukan pekerjaan.

Mendapatkan kekuasaan dan pengaruh melalui motivasi yang cerdik dapat kita peroleh dengan teknik-teknik sebagai berikut :

§ Setiap orang ingin makmur. Tunjukkan kepada orang lain bagaimana cara memperoleh uang lebih banyak dan kita akan mendapat dukungan mereka. Tanyakan kepada diri sendiri “Bagaimana saya bisa membantu orang lain yang lebih menikmati kehidupan?” Kemudian tunjukkan caranya kepada mereka

§ Kuasailah kekuatan pujian yang hebat. Katakan kepada orang lain mereka kelihatan hebat

§ Katakanlah hal-hal yang baik tentang keluarga mereka

§ Akuilah prestasi orang lain

§ Kagumilah barang milik mereka

§ Pujilah orang lain untuk gagasan mereka, dan

§ Pujilah orang lain karena berusaha walaupun gagal

§ Pastikan untuk meneruskan pujian pihak ketiga

§ Gunjingan dan kepemimpinan tidak bisa dicampur. Jangan mendengarkan gunjingan, camkanlah dalam pikiran bahwa apa yang kita katakan kepada orang lain akan disimpangkan dan diceritakan kembali

§ Putuskan untuk maju, bukan membalas dendam. Taklukan penyakitan ingin membalas dendam dengan melakukan apa yang benar

Untuk mencapai kesuksesan, harus disertai juga dengan sifat antusiasme dan tindakan. Antusiasme adalah sistem penyalaan mesin psikologis.

Orang sukses dalam perbandingan langsung dengan kemampuan mereka menghidupkan antusiasme. Antusiasme bekerja seperti “mukzizat” baik dalam bisnis maupun pendidikan. Bantulah orang lain merasa antusias, karena hal ini dapat membuat diri kita lebih antusias.

2.4. Langkah Menuju Sukses Melalui Kepemimpinan

Di samping menuju kesuksesan melalui keyakinan dan teknik adapun langkah menuju sukses melalui kepemimpinan yaitu :

2.4.1 Berpikir unggul dalam segala hal yang dilakukan

Keunggulan adalah kualitas yang dicari orang yang berpikir sukses dalam apapun yang mereka lakukan, sebagai hal yang hampir sempurna, luar biasa bagusnya dan yang terbaik yang mungkin dicapai. Hal yang harus diperhatikan dalam mencapai keunggulan yaitu :

Pertama, kejarlah keunggulan dalam segala hal yang akan dilakukan. Semua pekerjaan itu penting dan harus dilakukan dengan cara sebaik-baiknya yang akan menghasilkan lebih banyak yang apabila mempunyai unjuk kerja yang unggul dan akan menikmati kepuasan lebih besar yang merupakan sumber kekayaan sejati yang dicari.

Kedua, bencilah pemikiran tingkat rata-rata, karena berpikir rata-rata tidak akan membantu untuk merealisasikan mimpi dan ketiga, tataplah masa depan dengan bersaing dengan yang paling baik.

2.4.2 Berilah contoh kemenangan

Kepemimpinan adalah pemberian contoh. Dengan berlakunya waktu, falsafah dan kebiasaan orang yang memimpin menjadi falsafah dan kebiasaan kelompok pendukung atau pengikut. Perilaku orang bisa dilacak keteladanan yang dicontohnya dari orang lain. Maka memberikan contoh yang benar merupakan bagian penting dari menjadi pemimpin yang merebut kemenangan.

2.4.3 Beranilah bicara

Ada enam petunjuk yang akan membantu untuk mendapatkan kebiasaan berbicara yaitu :

1). Berani mengajukan pertanyaan, nyatakan suatu pendapat dengan sukarela, paparkan pengalaman pribadi atau katakan sesuatu dalam setiap pertemuan yang diikuti

2). Nyatakan komentar secara positif, jangan memperlemah apa yang dikatakan dengan mendahuluinya dengan komentar

3). Berkomunikasilah secara jujur

4). Hadapilah kritik secara positif, terimalah kritik sebagai pujian, bergembiralah apabila dikritik karena merupakan bukti adanya perkembangan

5). Berikan informasi dan inspirasi tetapi jangan sekali-kali menyerang presentasi yang mendapat hasil positif adalah campuran yang baik antara informatif dan inspirasi

6). Berbicaralah secara sederhana

2.4.4 Biarkan orang lain membantu

Dibawah ini adalah petunjuk untuk membuat orang lain membantu, yaitu :

1). Anggaplah pujian seperti uang, investasikanlah itu. Para pemimpin tidak pernah melahap kejayaan seorang pemimpin yang menerima pujian selalu menginvestasikannya pada diri para pendukungnya

2). Ambilah tanggungjawab 100 persen ketika ada hal yang tidak beres. Seorang pemimpin memahami dengan jelas bahwa kita bisa mendelegasikan kekuasaan untuk bertindak.

3). Koordinasikan pikiran orang lain

4). Milikilah keberanian untuk mengambil resiko. Mengambil resiko sangat penting untuk meraih sukses

2.5. Kunci yang Tidak Boleh Dilupakan Menuju Sukses

1. Buatlah komitmen mutlak untuk mengumpulkan kekayaan

Komitmen berasal dari disiplin diri. Disiplin menuntut kemampuan yang otomatis dan sistematis untuk mencapai kemajuan dan tujuan yang diharapkan

2. Bayarlah pajak kebebasan keuangan untuk benih kekayaan

Orang yang memperoleh kekayaan punya kebiasaan menginvestasikan sebagian dari semua yang yang diperoleh.

Orang yang menjadi sukses karena membuat sebagian uangnya bekerja sehingga menghasilkan uang lebih banyak. Jadikanlah membagi pajak kepada diri sendiri sebagai paspor menuju kekayaan

3. Maksimalkan apa yang kita peroleh. Kalau kita tidak membuang-buangnya, kita tidak akan kekurangan. Pikirkan imbalan dan pengorbanannya yang menyenangkan

4. Ikutlah berperan serta dalam tahun keemasan yang akan datang

Sepanjang waktu selalu ada kesempatan. Tetapi masa depan tidak pernah menjanjikan banyak hal, bagi banyak orang kita harus siap menuju landaan pelucuran tahun keemasan.

Jadi mulai sekarang ambilah keputusan kita sekarang untuk ikut membantuk masa depan yang indah bagi diri kita dan mereka yang kita cintai.

Read More......

ShoutMix chat widget

Followers

Bangkitlah Indonesiaku © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO